Kamis 05 Oct 2023 18:54 WIB

Ini Penyebab Kepala Pusing Ketika Langsung Berdiri

Reaksi ini dikenal sebagai hipotensi postural atau ortostatik.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
 Perubahan penglihatan, sakit kepala ringan, dan pusing yang terjadi beberapa detik setelah kita berdiri dari duduk, terjadi karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba /ilustrasi
Foto: sheknows.com
Perubahan penglihatan, sakit kepala ringan, dan pusing yang terjadi beberapa detik setelah kita berdiri dari duduk, terjadi karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba /ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketika kita langsung berdiri dari duduknya, biasanya selama beberapa detik akan mengalami kesulitan melihat dan menjaga keseimbangan. Karena lingkungan sekitar tiba-tiba terasa gelap.

Melansir dari Live Science, Kamis (5/10/2023), pengalaman umum namun menakutkan ini menimbulkan pertanyaan, mengapa kita terkadang merasa pusing ketika berdiri dari duduk, dan mengapa penglihatan menjadi gelap?

Baca Juga

Ternyata reaksi ini dikenal sebagai hipotensi postural atau ortostatik, disebabkan oleh perubahan posisi tubuh yang cepat, dan biasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun jika hal ini sering terjadi atau berlangsung lama, itu bisa menjadi tanda kondisi kesehatan kronis.

“Perubahan penglihatan, sakit kepala ringan, dan pusing yang terjadi beberapa detik setelah kita berdiri dari duduk, terjadi karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba,” kata profesor kedokteran di Beth Israel Deaconess Medical Center, Harvard Medical School, Dr Stephen Juraschek.

Untuk sesaat, otak tidak mendapat cukup darah dan oksigen. Suplai oksigen untuk jaringan penginderaan cahaya di retina juga menurun. Karena retina membutuhkan banyak oksigen agar dapat berfungsi dengan baik, penurunan pasokan oksigen sekecil apa pun dapat menyebabkan masalah penglihatan.

Proses menjaga kestabilan tekanan darah setelah berdiri dikendalikan oleh sistem saraf otonom, yaitu sekumpulan saraf yang mengatur fungsi tubuh yang tidak disengaja, seperti detak jantung, pernapasan, dan pencernaan.

“Saat seseorang berdiri, sekitar 300-800 cc (sentimeter kubik) darah tertarik ke kaki, menyebabkan penurunan tekanan darah untuk sementara,” kata dia. Itu berarti sekitar 0,3 hingga 0,8 liter darah tiba-tiba mengalir ke kaki.

Penurunan tekanan darah ini dideteksi oleh reseptor yang sensitif terhadap tekanan di arteri yang memasok darah ke otak dan di atrium kanan jantung, tempat darah mengalir setelah mengantarkan oksigen ke tubuh.

Reseptor yang diaktifkan ini kemudian memicu respons seluruh tubuh yang menstabilkan tekanan darah seseorang. Seperti pembuluh darah menyempit, otot-otot kaki dan perut berkontraksi, dan detak jantung meningkat, kata Juraschek.

Hal ini biasanya tidak menimbulkan efek yang nyata. Namun pada orang yang mengalami dehidrasi atau mengalami penyakit, seperti flu, penurunan tekanan darah mungkin lebih drastis dan mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk stabil. Orang juga rentan mengalami pusing ini jika mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah, seperti beta-blocker.

Dan beberapa orang rentan terhadap gejala itu ketika bangun tidur di pagi hari, karena tekanan darah mereka biasanya rendah pada waktu itu, dan juga ketika mereka minum alkohol atau banyak berkeringat.

Serangan pusing yang singkat ini berbeda dengan hipotensi ortostatik kronis, di mana beberapa orang mengalami kehilangan penglihatan dan keseimbangan yang berlangsung lama atau sering setelah berdiri. Kondisi ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan menyebabkan terjatuh, pingsan, dan kecelakaan mobil, serta merupakan faktor risiko masalah kardiovaskular dan penyakit ginjal. “Hipotensi postural mungkin sangat mengkhawatirkan jika terjadi lebih dari tiga menit setelah berdiri,” kata dia.

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, tergantung pada penyebab kondisinya, hipotensi ortostatik dapat bersifat primer atau sekunder. Hipotensi ortostatik primer jarang terjadi dan disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf otonom, seperti kerusakan saraf.

Hipotensi postural sekunder, yang gejalanya disebabkan oleh kondisi medis lain, lebih sering terjadi. Menurut Mayo Clinic, hal ini dapat dikaitkan dengan detak jantung yang rendah (bradikardia), gula darah rendah (hipoglikemia), dan kondisi tiroid. 

Penuaan juga dapat menyebabkan sensor tekanan di leher dan jantung menjadi kurang reaktif, dan jantung kurang mampu menyesuaikan kecepatannya dengan cepat. Sehingga orang yang berusia 65 tahun ke atas lebih rentan mengalami pusing ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement