REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA----Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta menyatakan bahwa masih minimnya pengetahuan tenaga medis soal penggunaan alat-alat pengobatan di rumah sakit yang tersedia menjadi salah satu kendala dalam mengatasi penyakit kanker di Indonesia.
“Radioterapi alatnya itu mahal sekali, ini harus dilatih dokternya. Kalau ada alat yang sudah dibeli, mahal-mahal, tapi mereka tidak bisa pakai atau salah pakainya justru bisa mencederai pasien,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito dalam konferensi pers yang diikuti di Jakarta, Selasa (4/10/2023).
Soeko menyoroti dari program-program pemerintah di bidang kesehatan sebelumnya dijalankan, minimnya pengetahuan tenaga medis telah menyebabkan alat-alat yang dibeli dengan harga mahal justru tidak terpakai, terutama di rumah sakit-rumah sakit yang ada di daerah.
Contohnya ketika menggunakan sinar laser untuk mengobati tumor seorang pasien, tenaga medis yang tidak memahami letak tumor dapat salah mengarahkan laser ke arah lain sehingga berpotensi mengenai jaringan tubuh yang sehat.
Bisa pula sinar laser yang digunakan menembus ruang operasi dan mengenai orang lain di luar ruangan. “Sinarnya bisa tembus ke mana-mana, karena sinar tidak bisa diberhentikan kecuali ada bunker yang cukup tebal. Kalau bunkernya retak sedikit, itu bisa tembus kemana-mana. Jadi orang sehat, kena sinar itu bahaya,” katanya.
Lebih lanjut Soeko menyatakan sebagai bentuk kehadiran Dharmais dalam meningkatkan mutu dan kompetensi tenaga medis, jajarannya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai mitra kerja termasuk pihak swasta untuk memberikan pelatihan penggunaan alat-alat medis dan menambah ilmu pengetahuan mereka.
Berbagai jenis pelatihan yang nantinya diberikan pun tidak difokuskan bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakit besar di perkotaan saja. Pelatihan juga dapat diikuti oleh tenaga medis yang berada di luar daerah.
Melalui upaya tersebut Soeko berharap tenaga medis dapat segera melakukan deteksi pada pasien yang berpotensi atau terkena kanker, supaya bisa cepat diberikan tata laksana medis yang sesuai dengan diagnosanya.
Ia juga berharap agar peningkatan kompetensi tersebut dijadikan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit kanker, yang harga pengobatannya amat mahal dan membutuhkan banyak alat untuk menentukan jenis perawatan yang tepat.
Dengan demikian, setiap orang di daerah bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan masyarakat di perkotaan.
“Jadi layanan kanker di Indonesia itu harus bisa juga diterapkan di rumah sakit daerah, tidak hanya di Dharmais saja. Itu membutuhkan alat-alat kesehatan terkait diagnostik kanker dan juga untuk treatment (yang diberikan tenaga medis untuk mengatasi) kanker,” katanya.