REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok peneliti dari Rice University berhasil membuat terobosan baru yang menjanjikan untuk terapi pengobatan kanker. Mereka mengembangkan sebuah perangkat medis yang bisa menyembuhkan kanker dalam waktu 60 hari.
Perangkat medis ini dikenal dengan nama hybrid advanced molecular manufacturing regulator atau HAMMR. Perangkat medis berukuran 3 inci atau sekitar 7,62 cm ini bisa bekerja sebagai pendeteksi kanker sekaligus sebagai sistem pemberian obat.
Meski berukuran lebih kecil dari krayon, HAMMR dipenuhi oleh sensor-sensor yang dapat memantau sel-sel kanker yang mampu bermutasi dengan cepat di dalam tubuh pasien. Selanjutnya, HAMMR akan melepaskan obat-obatan imunoterapi berdasarkan respons tubuh pasien.
Untuk menggunakan HAMMR, perangkat medis ini cukup ditanamkan di dalam tubuh pasien. Perangkat medis ini bisa terhubung secara wireless pada smartphone dan diisi dayanya secara berulang seperti selayaknya iWatch.
HAMMR digadang sebagai sebuah terobosan baru yang akan berdampak besar di dunia kesehatan karena berpotensi dapat menyembuhkan kanker pada pasien dalam waktu 60 hari. Dengan kehadiran HAMMR, tim peneliti meyakini bahwa pasien-pasien kanker di masa depan tak akan lagi terikat dengan kasur, infus, hingga beragam alat pemantau di rumah sakit.
"Implan ini benar-benar sebuah terobosan dan bisa berpotensi menyelamatkan ratusan ribu jiwa setiap tahun," ujar ketua tim peneliti, Omid Veiseh, seperti dilansir Express pada Selasa (3/10/23).
Veiseh mengungkapkan, teknologi serupa juga telah digunakan dalam terapi pengobatan diabetes. Akan tetapi, kehadiran teknologi seperti HAMMR dalam terapi pengobatan kanker merupakan sebuah kemajuan yang revolusioner.
Tim peneliti mengeklaim bahwa teknologi HAMMR bisa membantu memperbaiki hasil pengobatan pada kasus-kasus kanker yang sulit diobati, seperti kanker ovarium dan pankreas. Selain itu, penggunaan HAMMR juga digadang dapat menurunkan tingkat kematian akibat kanker hingga 50 persen di Amerika Serikat.
Hal ini mungkin terjadi karena pemantauan secara live yang dilakukan lewat HAMMR memungkinkan dokter untuk bertindak lebih cepat. Biasanya, dibutuhkan waktu hingga berbulan-bulan bagi dokter untuk menunggu hasil terapi dan membuat rencana pengobatan baru untuk pasien kanker.
Tim peneliti dari Rice University mengungkapkan bahwa teknologi HAMMR akan menjalani uji coba pada manusia dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Berkat terobosan baru ini, tim peneliti mendapatkan penghargaan dari pemerintah AS sebesar 45 juta dolar AS atau sekitar Rp 703 miliar.