Jumat 15 Sep 2023 10:37 WIB

Lebih Ramah Lingkungan, Ini Keunggulan Lain Berlian Sintetis yang Kini Diminati

Berlian yang dibuat di laboratorium menawarkan alternatif yang lebih terjangkau.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Seiring meningkatnya kesadaran akan hidup berkelanjutan, berlian sintetis atau buatan laboratorium semakin dilirik oleh kaum muda. (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Seiring meningkatnya kesadaran akan hidup berkelanjutan, berlian sintetis atau buatan laboratorium semakin dilirik oleh kaum muda. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seiring meningkatnya kesadaran akan hidup berkelanjutan, berlian sintetis atau buatan laboratorium semakin dilirik oleh kaum muda. Beberapa toko perhiasan di Inggris melaporkan bahwa minat terhadap berlian sintetis meningkat lebih dari 2.000 persen dalam lima tahun terakhir.

Penambangan berlian secara tradisional memang kerap merusak ekosistem setempat, dengan mencemari tanah dan pasokan air. Sebagai contoh, ratusan ternak mati setelah meminum air dari Sungai Odzi di Zimbabwe, yang terletak di bagian hilir pabrik pengolahan berlian.

Baca Juga

Kini, sebuah penelitian terbaru yang melibatkan 1.500 calon pengantin, menemukan bahwa 70 persen responden akan mempertimbangkan untuk memilih berlian sintetis. Motivasi utama dari pergeseran ini adalah karena keuangan (55 persen) dan keberlanjutan (43 persen). Yang menarik, 69 persen responden mengaku tidak dapat membedakan antara berlian yang ditumbuhkan di laboratorium dan berlian alami.

Persepsi ini diuji dalam sebuah video di mana orang-orang yang lewat tampak tercengang saat mengetahui perbedaan harga yang signifikan, dan kesulitan membedakan kedua jenis berlian tersebut. Queensmith, peritel berlian yang berbasis di London, mengungkapkan bahwa pasar untuk berlian yang ditumbuhkan di laboratorium telah meningkat sebesar 2.860 persen dalam waktu lima tahun.

“Tidak heran jika orang-orang beralih dari berlian yang ditambang. Berlian yang dibuat di laboratorium menawarkan alternatif yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan, yang disukai oleh banyak konsumen," ujar juru bicara Queensmith, yang melakukan penelitian ini.

“Meskipun 70 persen responden bersedia memilih berlian yang ditumbuhkan di lab, namun ada 46 persen yang bahkan tidak mengetahui bahwa berlian semacam itu ada. Seiring dengan meningkatnya kesadaran, kami yakin permintaan berlian yang ditanam di lab akan terus meningkat,” tambah juru bicara tersebut seperti dilansir Study Finds, Jumat (15/9/2023).

Pergeseran sikap terhadap berlian digarisbawahi oleh 71 persen responden yang percaya bahwa berlian sintetis akan menjadi hal yang lumrah di masa depan. Faktanya, 27 persen telah memiliki perhiasan yang menampilkan berlian sintetis, dan 32 persen mengenal orang lain yang telah melakukan pembelian serupa. Selain untuk pernikahan, hadiah populer yang menggunakan berlian hasil lab-grown adalah kalung (52 persen), anting (50 persen), dan gelang (44 persen).

Berlian yang ditumbuhkan di laboratorium dibuat dengan menggunakan metode yang meniru proses pembentukan alami: pengendapan uap kimiawi (CVD) dan tekanan-temperatur tinggi (HPHT). Dalam proses HPHT, karbon murni ditempatkan di dalam kubus logam, lalu dipaparkan panas dan tekanan yang kuat.

Karbon kemudian mengkristal menjadi berlian. Jejak logam di dalam berlian HPHT biasanya sangat kecil dan umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang, sehingga berlian ini sering dianggap lebih unggul dalam hal kualitas daripada berlian yang dibuat melalui CVD.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement