REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Meski dianggap kurang menyehatkan, makanan cepat saji atau fast food tampak tak kehilangan popularitasnya di tengah masyarakat. Karena praktis dan terasa lezat, sebagian orang bahkan tak ragu untuk mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari.
Pada dasarnya, makanan cepat saji boleh dikonsumsi sesekali dan dalam jumlah yang tidak berlebihan. Bahkan, makanan cepat saji bisa menjadi bagian dari pola makan yang sehat selama dikonsumsi secukupnya saja. "Moderasi adalah kuncinya," jelas ahli gizi Nicole Rodriguez RDN CDN, seperti dilansir Eat This pada Rabu (6/9/2023).
Namun bila dikonsumsi setiap hari, makanan cepat saji bisa memunculkan beberapa efek samping. Terlebih, bila porsi makanan cepat saji yang dikonsumsi tidak terkontrol. Berikut ini adalah enam efek samping yang mungkin terjadi bila menyantap makanan cepat saji setiap hari secara berlebihan.
1.Risiko Strok Meningkat
Makanan cepat saji dikenal dengan kandungan garamnya yang tinggi. Makanan cepat saji bisa dengan mudah membuat orang-orang mengonsumsi garam atau sodium dengan jumlah melebihi batas rekomendasi. Menurut Dietary Guidelines for Americans, batas konsumsumsi sodium dalams ehari adalah 2.300 mg. Jumlah ini setara dengan 1 sendok teh garam.
"Seiring waktu, asupan sodium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah serta meningkatkan risiko terhadap penyakit kardiovaskular dan strok," ungkap Rodriguez.
2.Berat Badan Naik
Makanan cepat saji juga dikenal sebagai makanan yang padat kalori dan minim nilai gizi. Satu set menu berisi burger, kentang, dan soda yang tampak normal saja bisa memiliki lebih dari 1.000 kalori. Angka ini tentu akan semakin bertambah bila orang-orang memilih set menu berukuran besar. Asupan kalori yang berlebih dari makanan cepat saji dapat memicu kenaikan berat badan di kemudian hari.
3.Kurang Serat
Rodriguez merekomendasikan konsumsi 14 gram serat untuk setiap 1.000 kalori makanan yang dikonsumsi. Target ini akan sulit tercapai lewat makanan-makanan cepat saji yang minim serat. Sebagai contoh, menu salad ayam dari sebuah restoran cepat saji terkenal hanya memiliki sekitar 5 gram serat. "Meski Anda mengonsumsi salad itu tiga kali per hari, Anda masih jauh dari target (asupan serat)," ujar Rodriguez.
4.Kolesterol Tinggi
Secara umum, batas konsumsi lemak jenuh adalah sekitar 22 gram per hari. Batas ini bisa dengan mudah dipenuhi lewat makanan cepat saji. Asupan lemak jenuh yang berlebih diketahui berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol "jahat" atau LDL. Untuk mencegah risiko ini, asupan lemak jenuh tidak boleh melebihi 10 persen dari total kebutuhan kalori harian.
5.Kurang Gizi
Meski memiliki kalori yang tinggi, makanan cepat saji biasanya minim akan nilai gizi. Oleh karena itu, kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji juga dapat meningkatkan risiko terjadinya defisiensi atau kurang gizi. Beberapa dari defisiensi gizi tersebut adalah defisiensi serat, kalsium,, vitamin D, serta kalium.
6.Risiko Diabetes Tipe 2 Melonjak
Studi terbaru menemukan bahwa konsumsi makanan cepat saji lebih dari dua kali per pekan berkaitan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi. Kebiasaan tersebut juga berkaitan dengan peningkatan risiko terhadap sindrom metabolik dan kematian akibat penyakit jantung koroner.
Individu dengan kondisi prediabetes juga tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan cepat saji terlalu sering. Alih-alih makanan cepat saji, individu dengan prediabetes lebih dianjurkan untuk menerapkan pola makan seimbang yang terdiri dari sayur hingga protein tanpa lemak.