Senin 28 Aug 2023 12:49 WIB

Influencer Muslimah Protes Larangan Abaya: Jilbab adalah Sesuatu yang Saya Banggakan

Prancis dikabarkan akan memberlakukan larangan pemakaian abaya di sekolah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
 Muslimah memakai abaya (ilustrasi). Influencer Muslimah memprotes rencana aturan Pemerintah Prancis yang akan melarang Muslimah mengenakan abaya di sekolah.
Foto:

Saat remaja, Sari kerap mendapati kenyataan pahit bahwa perempuan Muslim, khususnya Muslimah yang berhijab, mengalami berbagai perlakuan buruk. Dia juga sering mengonsumsi konten media massa yang menunjukkan Muslimah yang tertindas di dunia yang didominasi laki-laki dan tidak progresif. 

Dikelilingi oleh hal serupa secara terus-menerus membuat Sari sempat melepaskan impian masa kecilnya terkait fashion dan beralih ke jalur yang dinilainya lebih aman. Suatu malam di sekolah menengah, Sari bertanya kepada ayahnya, jurusan perkuliahan apa yang "ramah hijab". 

Ayah Sari sangat bingung dan marah mendengar pertanyaan itu mengatakan bahwa Sari seharusnya bisa memilih untuk menjadi apa saja dan tidak berpikir seperti itu. Namun, Sari tetap ragu dan memilih mengambil jurusan politik yang dia pikir akan lebih aman. 

Selama tahun-tahun terakhir di sekolah menengah, Sari menyaksikan sendiri kejahatan rasial yang dialami para Muslimah di Australia. Salah satunya, insiden di mana jilbab seorang Muslimah dirobek dan dia diserang secara fisik. Karena mengenakan jilbab, menjadi target yang lebih mudah dikenali.  

Itu membuat Sari sering mengalami kegelisahan jika harus menghadiri pertemuan publik. Dia hanya ingin tumbuh dewasa dan bekerja di suatu tempat di mana dia bisa merasa aman dan nyaman menjadi dirinya sendiri. Untungnya, seiring waktu, kondisi mulai berubah.  

Kini, Sari telah menyelesaikan gelar komunikasi, memulai diploma di bidang bisnis fashion, dan bekerja penuh waktu sebagai pembuat konten digital. Mengenakan jilbab pun tidak menjadi kendala atas eksistensinya di dunia nyata dan kehadirannya di dunia maya. "Jilbab saya adalah sesuatu yang saya banggakan dan saya syukuri, jilbab memberdayakan saya, membuat saya merasa terhubung dengan komunitas saya," ujarnya. 

Karena itu, larangan mengenakan simbol agama disebutnya sama sekali tidak berhubungan dengan "pembebasan", tetapi amat berkaitan dengan kebencian sistematis terhadap Islam alias Islamofobia. Sari berharap dunia bisa bersatu untuk mengadvokasi hak-hak perempuan, menghentikan Islamofobia, dan menerima perempuan di manapun. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement