Rabu 16 Aug 2023 17:35 WIB

Tak Hanya Fisik, Polusi Udara Bisa Ganggu Mental Juga

Anak yang terus terkena polusi udara bisa mengalami gangguan jiwa.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Paparan polusi udara ternyata tidak hanya dapat membahayakan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Paparan polusi udara ternyata tidak hanya dapat membahayakan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Paparan polusi udara ternyata tidak hanya dapat membahayakan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Yang tak kalah mengkhawatirkan, anak kecil dan remaja menjadi kelompok yang paling rentan terdampak oleh risiko-risiko ini.

"Ada bukti substansial (yang menunjukkan bahwa) polusi udara turut mempengaruhi kesehatan mental," ungkap American Psychiatric Association (APA) melalui laman resmi mereka, Rabu (16/8/2023).

Baca Juga

Salah satu studi yang menyoroti hubungan antara polusi udara dan kesehatan mental adalah studi yang dilakukan di Amerika Serikat dan Denmark. Studi berskala besar ini melibatkan partisipan dari kedua negara tersebut.

Studi ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paparan polusi udara dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan ini mencakup depresi, skizofrenia, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian.

Belum diketahui bagaimana paparan polusi udara bisa mempengaruhi kesehatan mental. Akan tetapi, tim peneliti menilai paparan polusi udara memicu terjadinya suatu mekanisme peradangan saraf yang kemudian mendorong timbulnya masalah kesehatan mental.

Sebuah ulasan yang meninjau lebih dari 100 studi juga menemukan bahwa paparan polusi udara di luar ruangan bisa mempengaruhi kesehatan mental. Studi ini juga menemukan bahwa paparan polusi udara dapat mempengaruhi area-area di otak yang mengatur emosi, seperti hipokampus, amigdala, dan korteks prefrontal.

"Tim peneliti menemukan bahwa 73 persen dari total studi (yang mereka tinjau) melaporkan adanya gejala dan perilaku masalah mental yang lebih tinggi pada manusia dan hewan setelah terpapar oleh polusi udara yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata," lanjut APA.

Berdasarkan peninjauan terhadap lebih dari 100 studi ini, tim peneliti mengungkapkan bahwa polusi udara yang terhirup masuk ke saluran pernapasan dapat memicu terjadinya perubahan pada area-area otak yang mengontrol emosi. Akibatnya, orang-orang yang terpapar oleh polusi udara menjadi lebih berisiko terhadap gangguan kecemasan dan depresi dibandingkan orang-orang yang menghirup udara lebih bersih.

Studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Harvard pada Maret 2023 juga menunjukkan hal serupa. Studi ini mengindikasikan adanya hubungan antara paparan polusi udara dengan peningkatan risiko demensia.

Selain itu, sebuah studi terbaru juga menyoroti dampak polusi udara terhadap kesehatan mental dan perkembangan otak anak kecil serta remaja. Studi ini menemukan bahwa paparan polusi udara berkaitan dengan peningkatan risiko depresi dan kecenderungan bunuh diri. "Melalui studi-studi neuroimaging, mereka juga menemukan bukti (adanya kaitan antara polusi udara) dengan perubahan struktural dan fungsional di dalam otak," pungkas APA.

Studi yang melibatkan partisipan dalam jumlah besar turut menemukan bahwa anak yang menghirup udara berkualitas buruk di tahun-tahun pertama kehidupannya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap gangguan kejiwaan di kemudian hari. Gangguan kejiwaan ini mencakup gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian, dan depresi mayor.

APA menambahkan, paparan polusi udara bisa memperberat masalah kejiwaan yang sebelumnya sudah dialami oleh anak-anak. Pernyataan ini didasarkan pada sebuah studi dalam jurnal Environmental Health Perspectives.

"(Studi itu) menemukan hubungan antara paparan polusi udara yang tinggi dalam waktu singkat dengan peningkatan kunjungan psikiatri ke ruang gawat darurat di antara anak-anak," ujar APA.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement