Jumat 11 Aug 2023 22:38 WIB

Dampak Skin Barrier Rusak: Jerawat HIngga Risiko Penuaan Dini

Skin barrier merupakan lapisan terluar kulit sebagai pelindung dari paparan radikal.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita mengalami kerusakan skin barrier (ilustrasi). Kerusakan skin barrier menyebabkan kulit bermasalah, mulai dari jerawat hingga risiko penuaan dini.
Foto: republika
Wanita mengalami kerusakan skin barrier (ilustrasi). Kerusakan skin barrier menyebabkan kulit bermasalah, mulai dari jerawat hingga risiko penuaan dini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan hanya usus saja yang memiliki bakteri baik, wajah pun juga memiliki kuman baik yang disebut microbiome. Ini berfungsi untuk menghasilkan zat yang berguna untuk melindungi kulit sehingga penting untuk menjaga keseimbangannya agar tidak menyebabkan masalah kulit serius.

Jakarta telah beberapa kali menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia, bahkan beberapa waktu belakangan kondisi udara di banyak kota besar di Indonesia berada dalam kondisi buruk dengan level 170 berdasarkan data IQAir. Polusi dan sinar UV dapat menjadi penyebab kerusakan dan dehidrasi kulit, hingga membuat microbiome ini tidak seimbang.

Baca Juga

“Kalau terlalu sering terpapar ke kulit kita, lambat laun akan mengikis skin barrier kita,” ujar Ahli Kesehatan Kulit dari MS GLOW Aesthetic Clinic, dr Elang Muhammad Firdaus, dalam media gathering di J99 Corp Jakarta, Jumat (11/8/2023).

Skin barrier ini merupakan lapisan terluar kulit sebagai pelindung dari paparan radikal bebas yang dapat merusak kulit, seperti dari polusi yang menghasilkan zat kimia berbahaya. Skin barrier paling luar ini adalah tempat keberadaan microbiome, lalu acid mantle, lipid layer, baru terakhir adalah kulit epidermis.

Acid mantle ini merupakan zat asam pada kulit (pH5), terbuat dari minyak dan keringat, dan menghambat pertumbuhan kuman jahat. Lipid layer merupakan lapisan lemak ganda, terdiri dari ceramide, kolesterol, dan asam lemak. Jika skin barrier rusak, maka akan menyebabkan masalah-masalah serius pada kulit.

“Radikal bebas ini diproduksi asap kendaraan, asap pabrik, dan sebagainya. Dia bisa masuk ke pori-pori. Kalau misalkan skin barrier rusak, maka akan merusak kulit kita, yang paling parah itu kanker,” ucap dr Elang. 

Selain polusi dan sinar UV, faktor lain yang bisa merusak skin barrier ini adalah zat kimia dari sabun atau deterjen, eksfoliasi yang terlalu sering atau tindakan klinik yang membuat kulit mengelupas. Kemudian faktor usia, ketika usia bertambah skin barrier juga semakin menurun.

“Dan stres, itu juga berakibat fatal bagi kulit kita. Jadi kalau misalkan stres, tubuh kita jadi lebih lemah, kita nggak bisa tidur, kemampuan kulit untuk memperbaiki dirinya terganggu. Makanya skin barrier-nya jadi rusak,” kata dr Elang.

Dampak kerusakan skin barrier juga bisa menyebabkan kondisi seperti dermatitis, psoriasis, eksim, jerawat, dan rosacea. Risiko penuaan dini pun meningkat seperti munculnya keriput, garis halus, dan berkurangnya elastisitas kulit. Pencegahan terbaik terhadap kerusakan kulit akibat polusi adalah dengan menghindari paparan polusi secara langsung.

Misalnya, menggunakan helm saat berkendara dan memakai masker wajah saat berada di luar ruangan. Hal yang juga penting adalah merawat dan melindungi kulit dengan baik dan benar, menggunakan skincare yang mampu menjaga dan merawat sistem pertahanan kulit. 

Dr Elang menyarankan untuk mencari skincare yang fokus pada skin barrier terlebih dahulu, seperti skincare yang bisa menjaga keseimbangan microbiome. Kemudian, pilih juga skincare yang mengandung acid (asam) untuk menyesuaikan pH yang ada di kulit tubuh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement