Jumat 11 Aug 2023 08:58 WIB

Ilmuwan Spanyol tak Sengaja Temukan Bakteri untuk Berantas Malaria

Ilmuwan mungkin akhirnya dapat membasmi penyakit malaria melalui bakteri.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria. Ilmuwan temukan bakteri yang bisa menumpas malaria.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan bakteri yang terdapat secara alami pada nyamuk dan bisa menjadi kunci untuk memerangi malaria. Peneliti GlaxoSmithKline (GSK) di Spanyol secara tidak sengaja menemukan strain dari Delftia tsuruhatensis bacterium yang diberi nama Tres Cantos 1 (TC1) pada parasit Plasmodium yang ada di perut nyamuk malaria.

Dalam temuan yang dimuat di jurnal Science pada 3 Agustus lalu, TC1 disebut dapat menghentikan nyamuk menularkan malaria. Penemuan itu menunjukkan bahwa TC1 ternyata membuat nyamuk tidak membawa penyakit malaria yang berbahaya.

Baca Juga

TC1 tampak mengeluarkan molekul yang disebut "harmane" yang menyerang parasit Plasmodium, yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

Pemodelan menunjukkan penggunaan TC1 dapat membantu mengurangi kasus malaria hingga 15 persen selama tiga tahun ke depan. Pemimpin tim GSK Global Health, Thomas Breuer, mengatakan ilmuwan mungkin akhirnya dapat membasmi penyakit malaria melalui bakteri.

"TC1, sebagai pendekatan yang sepenuhnya baru untuk pengendalian malaria, memiliki potensi untuk mengurangi beban besar malaria di negara-negara endemik," kata Breuer, dilansir The Sun, Rabu (9/8/2023).

Ilmuwan dari Institut de Recherche en Sciences de la Sante di Burkina Faso, Abdoulaye Diabate, mengerjakan uji coba tersebut. Dia menjelaskan bahwa bakteri tersebut dapat membantu menyelamatkan nyawa jutaan anak.

"Penemuan seperti bakteri TC1 memiliki potensi besar untuk Afrika. Kami berharap dapat memberikan solusi yang layak yang dapat segera diadopsi di lapangan untuk mengendalikan dan mencegah penularan malaria, yang dapat berdampak besar pada kesehatan masyarakat," ujar Diabate.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hampir separuh populasi dunia berisiko terkena malaria pada 2021. Sekitar 247 juta kasus tercatat pada tahun itu, dengan sekitar 619 ribu pasien diperkirakan meninggal dunia. Gejala termasuk kelelahan, kesulitan bernapas, kulit menguning dan pendarahan abnormal, dan anak-anak, wanita hamil, dan orang dengan HIV paling berisiko terkena penyakit parah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement