REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti telah mengidentifikasi senyawa dalam daun tanaman obat tradisional yang ditemukan di Amerika Serikat dan Kanada yang menurut mereka dapat membantu memerangi parasit penyebab malaria.
Studi yang dipublikasikan baru-baru ini di jurnal ACS Omega ini menunjukkan sebuah komponen yang ditemukan dalam teh Labrador, sejenis tanaman yang berkerabat dekat dengan genus Rhododendron, bekerja melawan kedua jenis parasit malaria.
Menurut peneliti, tanaman ini adalah semak kecil berdaun hijau yang biasanya disajikan sebagai teh herbal oleh penduduk asli AS dan Kanada.
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan minyak esensial yang diekstrak dari tanaman tersebut memiliki sifat antimikroba, yang dapat membantu melawan mikroba yang kebal terhadap antibiotik," kata peneliti seperti dilansir dari Indian Express, Ahad (14/5/2023).
Para peneliti dari University of Laval, Kanada dan rekan-rekannya ingin mengkarakterisasi susunan teh Labrador atau Rhododendron subarcticum, untuk pertama kalinya dan menguji aktivitas antiparasitnya. Tim tersebut mengumpulkan daun labrador dari Nunavik, sebuah wilayah di utara Quebec, Kanada.
Para peneliti mengekstrak minyak esensial dari daun dan menganalisisnya dengan gas chromatography, spektrometri massa, dan deteksi ionisasi nyala, untuk mengidentifikasi 53 senyawa.
Mereka menemukan bahwa 64,7 persen minyak terdiri dari ascaridole, diikuti oleh p-cymene sebesar 21,1 persen. Kombinasi senyawa ini belum pernah dilaporkan sebelumnya pada varietas teh Labrador Amerika Utara yang berkerabat dekat, meskipun telah ditemukan pada subspesies yang berasal dari Eropa dan Asia.
Tim peneliti memaparkan dua jenis Plasmodium falciparum, parasit penyebab malaria, pada minyak atau hanya pada ascaridole. Dalam percobaan tersebut, salah satu strain resisten terhadap obat antimalaria yang dikenal.
Penelitian ini menemukan ascaridole adalah komponen utama yang bekerja melawan kedua jenis parasit tersebut, yang konsisten dengan obat-obatan tradisional antiparasit lainnya yang juga kaya akan senyawa tersebut.
"Temuan ini mendukung pentingnya menyelidiki dan melindungi tanaman yang digunakan dalam obat-obatan tradisional, terutama yang berasal dari iklim yang lebih keras yang terkena dampak perubahan iklim," jelas para peneliti.