REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kafe Sunyi Coffee merupakan kedai kopi yang dirancang ramah disabilitas. Semua staf yang bekerja di sana bahkan merupakan disabilitas.
Meski begitu, pengunjung tidak akan mengalami kesulitan bila akan memesan makanan atau minuman. Melalui interaksi dengan barista, kasir, dan pelayan yang disabilitas pengunjung diharap terbuka matanya bahwa kelompok disabilitas juga bisa berkarya dan mandiri.
Saat ini di Ibu Kota, Sunyi Coffee terletak di kawasan Barito Jaksel, Alam Sutera Tangerang, dan Bekasi. Untuk memesan, pelanggan bisa menggunakan bahasa isyarat atau menunjuk menu yang dipilih.
Selain bisa memesan kopi, pelanggan juga bisa mengikuti kelas bahasa isyarat dengan mendaftar ke Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo).
Pada awal pembukaan Sunyi Coffee, pendiri kafe tersebut, Mario Gultom, takut konsep dan niat baiknya akan dicela oleh masyarakat. Untungnya, seiring berjalannya waktu justru banyak orang yang mendukungnya.
Pelanggan sangat menyambut baik kedai kopinya. Bahkan, mereka sampai menjalin persahabatan dengan para barista. “Cabang pertama di Fatmawati. Sekarang sudah tutup. Ketika lagi seru bangun kafe belum ada setahun, muncul Covid-19. Ini membuat kami harus pindah tempat,” ucapnya.
Saat ini, Sunyi sudah mempunyai tiga cabang. Ke depannya, Mario berharap dapat membangun Sunyi di kota-kota lain, khususnya di luar Jabodetabek.
“Masih banyak teman-teman disabilitas yang butuh lapangan pekerjaan. Masih banyak juga mungkin kota-kota yang membutuhkan kosep seperti ini untuk mengedukasi masyarakat tentang disabilitas,” kata dia.
Ketika ditanya mengenai alasan Mario membuat kedai kopi dengan pekerja disabilitas, ia mengatakan sengaja ingin mengedukasi masyarakat tentang kelompok disabilitas. Menurut dia, cara edukasi paling enak melalui kopi. Sebab, kopi termasuk minuman yang banyak digemari orang Indonesia.
Ide tersebut sudah ada tahun 2016. Namun, karena saat itu belum mempunyai modal untuk membangun bisnis, Mario bersama teman-temannya bekerja di tempat masing-masing selama tiga tahun.
“Kami kerja dulu untuk menabung. Tidak perlu modal besar karena dulu coffee shop-nya sangat kecil. Akhirnya tahun 2019 dibuka,” ujarnya.