REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker prostat merupakan salah satu jenis kanker yang berbahaya. Saat ini ada beragam jenis pengobatan yang bisa dilakukan pasien pengidap kanker prostat. Namun banyak sumber yang menyatakan pengobatan kanker prostat dapat memengaruhi disfungsi seksual, benarkah demikian?
Konsultan senior dan ahli onkologi medis di Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura dr Wong Siew Wei mengatakan pengobatan kanker prostat dapat memengaruhi fungsi seksual pria. Di antaranya penurunan libido (gairah seks), disfungsi ereksi, kesulitan mencapai orgasme, dan masalah ejakulasi.
“Disfungsi seksual sering kali merupakan efek samping pengobatan kanker prostat yang jarang dilaporkan, kanker paling umum kelima pada pria Indonesia,” kata dr Wong, Kamis (27/7/2023).
Kanker prostat lokal biasanya diobati dengan pembedahan atau radioterapi. Namun, pembedahan dan radioterapi menimbulkan sejumlah risiko yang merusak kumpulan kecil saraf untuk mengontrol ereksi di kedua sisi prostat. Nantinya, ini dapat memengaruhi fungsi ereksi untuk beberapa pria setelah perawatan.
Ada beberapa faktor untuk mempertahankan fungsi ereksi setelah perawatan seperti usia, fungsi seksual sebelum perawatan, dan apakah pendekatan pengawetan saraf dapat digunakan. Wong menyebut pasien dengan tumor yang sangat besar memiliki peluang lebih kecil untuk melestarikan saraf ereksi.
“Sedangkan pasien yang lebih muda memiliki peluang lebih tinggi untuk mencapai ereksi setelah operasi, tetapi bisa memakan waktu beberapa bulan hingga dua tahun setelah operasi untuk ereksi spontan,” ujarnya.
Bagi pasien yang berisiko tinggi kambuhnya kanker dan kanker telah menyebar ke luar prostat, terapi kekurangan androgen (ADT) menjadi pengobatan utama. Sayangnya, penggunaan ADT dalam jangka panjang akan mengakibatkan penurunan kadar testosterone yang menyebabkan penurunan hasrat seksual dan disfungsi ereksi.
Pengobatan kanker prostat lain, misalnya dengan operasi dan radioterapi biasanya menyebabkan kemandulan. Namun, karena kanker prostat umumnya menyerang pria berusia 60 tahun ke atas, banyak pasien pada usia ini tidak begitu peduli dengan kesuburan setelah pengobatan.
Ini menjadi masalah bagi pasien yang ingin memiliki anak setelah menerima diagnosis kanker prostat. Dalam kondisi ini, bank sperma dapat dieksplorasi sebagai cara mempertahankan kesuburan sebelum menjalani pengobatan.
“Penting untuk dipahami walaupun pasien mungkin menjadi tidak subur setelah pengobatan, beberapa pasien masih dapat mencapai ereksi dan mempertahankan fungsi seksual,” ucapnya.
Penurunan kadar testosteron dan hilangnya libido akibat pengobatan ADT mungkin menjadi penyebab utama kekhawatiran beberapa pasangan. Dalam kasus seperti itu, konseling pasangan dapat dipertimbangkan jika menyebabkan stres berat dalam hubungan seksual pasangan.