Jumat 21 Jul 2023 15:26 WIB

Tanda-Tanda Kelelahan dan Cara Mengatasinya

Seseorang perlu mewaspadai jika sudah mengalami kelelahan kronis.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolandha
Kelelahan kronis mengancam perempuan yang multitasking (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Kelelahan kronis mengancam perempuan yang multitasking (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua orang bisa merasa lelah setelah melakukan segudang aktivitas. Namun, tidak seperti kelelahan normal, ada kondisi yang disebut kelelahan kronis. Pengidapnya mungkin merasa energi terkuras lebih dari biasanya, bahkan ada di titik ekstrem.

Dikutip dari laman Women's Health, Jumat (21/7/2023), kelelahan kronis bisa terasa seperti mencoba bergerak di lumpur dan kabut yang tebal. Semuanya melelahkan dan seseorang hanya ingin berbaring, merasa tidak dapat berfungsi dengan baik.

Baca Juga

Dokter umum Sarah Brewer mengatakan, semua orang bisa mengidap kondisi ini. Namun, risiko lebih besar kini mengancam para perempuan yang multitasking dengan semakin banyak kasus dialami kaum hawa di usia 20-40-an.

"Mungkin karena mereka cenderung menangani berbagai aspek kehidupan sekaligus, dan memiliki lebih sedikit waktu untuk memprioritaskan kesehatan mereka sendiri," ucap Brewer yang merupakan direktur medis Healthspan.

Apa saja gejala umum kelelahan? Beberapa tandanya yaitu tidak bisa berpikir jernih, stres berat, sukar membuat pilihan makanan sehat, sulit tidur, bibir kering dan pecah-pecah, serta suasana hati yang kacau. Gejala lain termasuk munculnya rasa sesak tanpa alasan dan keinginan untuk terus berbaring.

Jika kelelahan berlanjut selama lebih dari empat bulan, Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) mengatakan itu sangat mungkin merupakan sindrom kelelahan kronis. Tidak ada tes khusus untuk itu, jadi diagnosis didasarkan pada gejala yang dialami pasien.

Ketika sindrom kelelahan kronis berlanjut, bisa timbul masalah lain seperti gangguan tidur berkepanjangan, nyeri otot atau persendian, sakit kepala, pusing, serta detak jantung yang cepat atau tidak teratur. Dokter Sarah Myhill menjelaskan, sindrom kelelahan kronis terjadi ketika mekanisme pengiriman energi dalam tubuh menurun.

Penulis buku Diagnosis and Treatment of Chronic Fatigue Syndrome and Myalgic Encephalitis itu menjelaskan pula penyebab lain. "Mungkin, energi sedang digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi kronis. Akibatnya, tidak tersisa energi lagi," kata Myhill.

Profesional medis punya beragam pendapat mengenai akar penyebab atau pemicu sindrom kelelahan kronis. Beberapa teori mencakup infeksi virus, infeksi bakteri, masalah sistem kekebalan tubuh, hormon yang tidak seimbang, masalah kesehatan mental, dan faktor genetika.

Saat berbagai gejala kelelahan mulai muncul, sudah saatnya untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan mengajukan pertanyaan untuk membantu menentukan penyebab kondisi kelelahan, misalnya akibat gaya hidup, stres, depresi, pascainfeksi virus, efek samping pengobatan, atau kehamilan.

Dokter juga akan memeriksa tekanan darah, irama jantung, suhu tubuh, ukuran tiroid, hati, dan mencari benjolan intra-abdomen. Pasien bisa juga melakukan skrining untuk mengetahui kondisi lain seperti infeksi tersembunyi, anemia, diabetes, tiroid, penyakit autoimun, juga masalah hati, ginjal atau jantung.

Seringkali, kelelahan yang tidak dapat dijelaskan disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Hal itu lantaran tekanan darah tinggi meningkatkan tekanan pada organ vital seperti otak, jantung, dan ginjal sehingga menyebabkan kelelahan. Bergantung pada penyebabnya, dokter bisa meresepkan obat untuk mengatasi kelelahan.

Cara termudah mengatasi kelelahan adalah dengan menyesuaikan gaya hidup. Misalnya, lebih cermat memilih makanan bernutrisi lengkap yang dibutuhkan tubuh untuk bisa berfungsi optimal. Selain itu, istirahat cukup dan bangun rutinitas waktu tidur yang teratur.

Hindari stimulan seperti kafein dan alkohol di malam hari, dan jauhkan diri dari perangkat elektronik. Jelang tidur, sesuaikan suhu kamar menjadi lebih sejuk. Cobalah mengendalikan kortisol atau hormon stres. Sebab, bagi sebagian orang, kelelahan kronis mungkin terkait dengan gangguan ritme kortisol.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement