REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peru telah mengumumkan keadaan darurat kesehatan nasional untuk jangka waktu 90 hari seiring mewabahnya Guillain-Barre Syndrome (GBS). Ini merupakan kondisi langka yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang sistem saraf.
"Sejauh ini, kami telah mengendalikan penyakit ini. Guillain Barre muncul setiap tahun dan telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir yang memaksa kami untuk mengambil tindakan tegas untuk melindungi kesehatan warga," kata Menteri Kesehatan Peru Cesar Vasquez.
Hingga saat ini, total 182 kasus GBS telah dilaporkan. Dari jumlah tersebut, 31 pasien dirawat di rumah sakit dan 147 pasien telah dipulangkan. Ada empat kematian yang terjadi pada bulan Januari, Maret, dan Mei.
GBS sering kali diikuti oleh infeksi bakteri atau virus yang menimbulkan kekacauan pada saraf. Pada orang yang menderita GBS, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang saraf yang sehat di luar otak dan sumsum tulang belakang, yang menyebabkan kelemahan, kelumpuhan, bahkan kematian.
Pada 27 Juni, Peru juga telah mengeluarkan peringatan epidemiologi untuk mengintensifkan tindakan pencegahan, pengawasan, dan respons terhadap gangguan neurologis tersebut.
"Keadaan darurat nasional yang disetujui oleh Dewan Menteri akan memungkinkan pembelian imunoglobulin untuk pengobatan pasien GBS hingga dua tahun ke depan," kata Vasquez, seperti dikutip dari Siasat Daily, Selasa (11/7/2023).