REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dalam buku baru Beyond the Story: 10 Year Record of BTS terungkap bahwa salah satu anggota BTS, Suga, terpikir untuk menjadi terapis psikologi berlisensi. Suga ingin untuk bisa memberikan dukungan untuk seniman yang mungkin bergulat dengan kecemasan di masa depan, seperti yang pernah dia alami.
Perjalanan menuju kesuksesan tidak selalu mulus bagi penyanyi rap bernama lahir Min Yoon-gi itu. Dia menggambarkan ketakutan dan kecemasan terus-menerus yang menyertai popularitas grupnya sebagai "bayangan" yang selalu menghantuinya.
Secara terbuka, Suga menghadapi ketakutan tersebut dalam lagu "Interlude: Shadow". Ini merupakan sebuah lagu yang sangat introspektif, di mana dia membahas pengalamannya dengan kesuksesan dan kekacauan batin yang menyertainya.
Ketertarikan Suga pada psikologi bermula dari keinginannya untuk lebih memahami dan mengekspresikan emosinya melalui musik.
"Alasan utama saya mempelajari psikologi adalah karena itu sangat membantu musik saya. Ada banyak yang bisa diperoleh dari belajar tentang definisi emosi secara formal," kata rapper kelahiran 9 Maret 1993 itu, dilansir Korea Boo, Senin (10/7/2023).
“Saya memiliki dua mimpi, dan satu menjadi lelaki tua berambut putih yang masih berdiri di atas panggung dan memainkan gitar dan bernyanyi, dan yang lainnya menjadi terapis psikologi berlisensi," ujar pelantun "Haegeum" itu.
Terlepas dari memahami perjalanan panjang dan komitmen untuk mendapatkan lisensi, keinginan Suga untuk membantu orang lain menandakan empati dan pemahamannya yang mendalam tentang beban emosional yang kadang-kadang dapat ditimbulkan oleh industri artis.
"Saya mencarinya dan membutuhkan banyak waktu sehingga tidak mudah untuk langsung memulainya, tetapi saya sangat ingin mendapatkan lisensi suatu hari nanti," kata pemilik nama panggung solo Agust D itu.