Senin 10 Jul 2023 19:33 WIB

Perut Buncit Meski Berat Badan Normal, Termasuk Obesitas?

Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang berisiko tinggi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang menimbang berat badan (ilustrasi). Berat badan normal dengan perut buncit tergolong obesitas, namun masuk kategoti obesitas sentral.
Foto: www.freepik.com
Seseorang menimbang berat badan (ilustrasi). Berat badan normal dengan perut buncit tergolong obesitas, namun masuk kategoti obesitas sentral.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda pernah melihat seseorang dengan berat badan normal namun perutnya buncit? Apakah kondisi ini bisa disebut obesitas?

Dokter spesialis penyakit dalam sub endokrin, Dr dr EM Yunir, SpPD, KEMD mengatakan, kegemukan atau obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang berisiko tinggi. "Kondisi di mana sel-sel lemak kita numpuk secara berlebihan, sehingga jumlahnya menjadi berlebihan masuk kondisi tidak normal," ujar Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) ini dalam Media Group Interview mengenai Serba Serbi Obesitas, Senin (10/7/2023).

Baca Juga

Selain itu, perut buncit juga disebut obesitas, namun masuk kategori obesitas sentral. Obesitas sentral adalah penumpukan sel lemak di rongga perut. "Ini sering kita dapatkan bahwa orang penampilannya tidak terlihat gemuk tapi perutnya buncit," ujarnya.

Seseorang disebut obesitas sentral apabila pada laki-laki lingkar pinggangnya di atas 90 sentimeter. Pada perempuan lingkar pinggangnya di atas 80 sentimeter.

Kasus perut buncit ini, menurut dokter Yunir, lebih banyak terjadi pada laki-laki. Pada laki-laki terjadi penumpukan lemak, di rongga perut, sedangkan perempuan penumpukan lemak banyak terjadi di panggul.

"Kalau kita lihat seperti ini, jumlah lemak di rongga perut akan menyebabkan suatu faktor risiko lain, karena sel-sel lemak yang numpuk ini menghasilkan hormon-hormon atau mediator-mediator yang menyebabkan munculnya arah perjalanan ke arah komplikasi," ungkapnya.

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah strok, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya risiko kematian yang lebih tinggi. "Masalahnya, obesitas bukan saja sekadar gemuk atau over weight saja, namun berpotensi menderita komplikasi atau penyakit lain," ujarnya.

Bagaimana mengetahui kita kegemukan atau kelebihan berat badan? Dokter Yunir menjelaskan, untuk mengetahui seseorang obesitas atau tidak, bisa dilihat dari angka indeks massa tubuh (IMT). Cara menghitung IMT ini didapat dengan rumus, yaitu berdasarkan pembagian berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter, kemudian dikuadratkan. Hasilnya menentukan apakah Anda masuk berat badan normal, kurang atau justru kegemukan yang disebut obesitas 1, 2, 3 bahkan obesitas ekstrem.

Jika IMT kurang dari 18,5 maka termasuk kategori kekurangan berat badan, IMT 18,5 sampai 24,9 termasuk normal atau ideal, 25 sampai 29,9 termasuk kelebihan berat badan, dan 30 atau lebih termasuk kategori kegemukan atau obesitas. "Pada kasus yang baru-baru didengar meninggal karena kegemukan, itu IMT-nya 45," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement