REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vampire facial merupakan sebuah tren kecantikan yang cukup populer, bahkan di kalangan selebriti seperti Kim Kardashian. Metode perawatan yang menggunakan darah ini digadang dapat memperbaiki tampilan kulit secara keseluruhan.
Secara umum, vampire facial merupakan terapi yang mirip dengan microneedling. Namun berbeda dengan microneedling biasa, vampire facial mengombinasikan microneedling dengan plasma yang kaya akan trombosit (PRP).
Microneedling adalah prosedur minimal invasif yang menggunakan sebuah perangkat dengan jarum-jarum kecil untuk menghasilkan cedera mikro pada kulit. Tujuannya adalah untuk menstimulasi kemunculan kolagen dan serat elastis baru yang dapat merejuvenasi dan merevitalisasi kulit, seperti dilansir Center for Surgical Dermatology and Dermatology Assocates.
Langkah pertama dari vampire facial adalah mengoleskan krim yang membuat wajah mati rasa atau kebas. Sambil menunggu krim tersebut memberikan efek, petugas akan mengambil sekitar 10-15 ml darah dari lengan pasien. Seperti dilansir Allure, darah pasien lalu diproses ke dalam sebuah alat khusus untuk memisahkan plasma yang kaya akan trombosit (PRP) dari sel darah merah.
Selanjutnya, petugas akan menggunakan alat microneedling untuk menciptakan lubang-lubang kecil pada permukaan kulit wajah pasien. Kemudian, petugas akan mengoleskan PRP pada wajah pasien. Lubang-lubang kecil yang dibuat sebelumnya akan bertindak sebagai "pintu masuk" bagi PRP.
Menurut ahli dermatologi Karan Lal MD, seluruh proses vampire facial ini membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam. Setelah prosedur vampire facial atau PRP facial selesai, kulit akan terlihat merah, sedikit bengkak, dan mungkin terasa gatal namun tidak sakit.
Selain dioleskan di permukaan kulit, PRP juga bisa disuntikkan ke bawah kulit pasien untuk menstrimulasi produksi kolagen dan meremajakan kulit. Injeksi PRP biasanya dilakukan pada area wajah tertentu, seperti area dengan kerutan yang dalam atau bekas jerawat.
Meski populer sebagai perawatan kecantikan, terapi PRP sebenarnya kerap digunakan untuk menunjang penyembuhan luka. Biasanya, terapi ini diberikan pada kasus penyembuhan luka akibat cedera atau trauma.
Bagi Muslim, terapi PRP mungkin memunculkan dilema karena prosesnya menggunakan darah. Berkaitan dengan hal ini, Mufti Zakaria Makada mengungkapkan bahwa terapi PRP untuk tujuan pengobatan diperbolehkan. Akan tetapi, terapi PRP yang digunakan untuk tujuan kecantikan sebaiknya dihindari.
"Bila tak ada kepentingan (alasan medis), contohnya untuk keperluan kecantikan, Muslim sebaiknya menjauhi itu," jelas Mufti Makada, seperti dilansir Islam QA.
Hal serupa juga diungkapkan oleh senior research officer dari Institute of Islamic Understanding Malaysia (IKIM) Encik Mohammad Mustaqim bin Malek. Penggunaan darah dalam terapi, termasuk pemanfaatan PRP, untuk tujuan pengobatan dan penyembuhan penyakit diizinkan dalam Islam.
Akan tetapi, terapi dengan darah dan turunan darah diperbolehkan bila memenuhi beberapa syarat. Syaratnya adalah tidak ada alternatif lain yang tersedia sebagai pengganti dan terapi pengobatan tersebut telah dikonfirmasi efektif sebagai pengobatan penyakit oleh para pakar medis.
"Dalam dua kondisi tersebut, izin untuk menggunakan darah dan produk darah seperti PRP untuk tujuan medis diberikan dalam Islam," ujar Encik Mustaqim, seperti dikutip dari laman resmi IKIM.
Akan tetapi, izin serupa tak diberikan untuk terapi dengan darah dan turunan darah tanpa tujuan atau urgensi medis. Salah satu contohnya adalah untuk tujuan kecantikan.
"Berdasarkan pendapat ini, perawatan kecantikan dan kosmetik, termasuk menyamarkan tanda penuaan, tidak termasuk kebutuhan yang krusial," ujar Encik Mustaqim.
Dari sudut pandang medis, terapi vampire facial harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang kompeten. Bila dikerjakan oleh orang-orang yang tak berkompeten, seperti di salon atau spa, terapi vampire facial bisa berisiko memunculkan masalah kesehatan.
Pada 2018 misalnya, Departemen Kesehatan New Mexico menemukan dua kasus penularan HIV yang berkaitan dengan layanan vampire facial di sebuah tempat spa. Healthline menilai transmisi penyakit bisa terjadi karena peralatan yang mereka gunakan tak disterilisasi dengan benar.
Namun bila dikerjakan oleh dokter yang berkompeten, terapi vampire facial umumnya aman dilakukan. Namun perlu diketahui bahwa terapi vampire facial belum mendapatkan izin dari FDA.