REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa negara di Eropa mulai menghalangi pemberian penghambat pubertas (puberty blocker) kepada anak-anak. Tindakan ini bertolak belakang dengan Amerika Serikat (AS) yang terus mempertahankan pemberian obat penekan produksi hormon seks itu.
Bulan ini, Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) telah membatasi penggunaan penghambat pubertas untuk kepentingan penelitian klinis karena banyak hal yang tidak diketahui mengenai terapi hormon tersebut. Obat tersebut juga tidak direkomendasikan untuk diberikan secara rutin kepada anak-anak dan remaja transgender.
"Sekarang, kami akan melakukan pengujian yang ditargetkan kepada stakeholder berdasarkan aturan klinis yang sementara ini melarang pemberian puberty blocker secara rutin untuk anak-anak dan remaja yang merasa mengalami ketidaksesuaian/disforia gender di luar lingkup penelitian," kata NHS dalam situs webnya.
Menurut laporan Wall Street Journal, komunitas medis AS menyebut AS berbeda dengan antara negara Barat lain dalam cara institusi medis memperlakukan anak-anak yang menderita tekanan atas identitas gender. Delegasi pada pertemuan tahunan American Medical Association belum lama ini mendukung resolusi baru perawatan, seperti penghambat pubertas.
Sementara itu, Kanada, Australia, dan Spanyol masih mengizinkan puberty blocker. Namun, beberapa negara lainnya sudah memperingatkan bahayanya.
Presiden Masyarakat Psikoanalitik Italia (SPI) menulis surat kepada Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni pada bulan Januari tentang kekhawatiran serius atas penggunaan penghambat pubertas. Di saat yang sama, anggota parlemen Partai Republik AS berulang kali mengutip studi Eropa selama sidang kongres, termasuk Perwakilan Republik Texas Dan Crenshaw.