Kamis 15 Jun 2023 14:11 WIB

Tak Cuma ke Dada, Serangan Jantung Juga Pengaruhi Organ Tubuh yang Lain

Penelitian menyoroti, otak menjadi bagian yang bisa terpengaruh serangan jantung.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang pria mengalami serangan jantung (ilustrasi).  Jarang diketahui bahwa serangan jantung dapat memengaruhi otak.
Foto: www.freepik.com.
Seorang pria mengalami serangan jantung (ilustrasi). Jarang diketahui bahwa serangan jantung dapat memengaruhi otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jarang diketahui bahwa serangan jantung dapat memengaruhi otak. Sekarang, penelitian baru menyoroti otak menjadi bagian yang juga bisa terpengaruh serangan jantung.

Sebuah studi ekstensif yang diterbitkan di JAMA Neurology menunjukkan adanya hubungan antara serangan jantung dan penurunan kognitif. Data diambil dari enam studi kecil yang berlangsung untuk berbagai jangka waktu, dan mengikuti total 30.465 orang yang tidak memiliki riwayat serangan jantung, strok, atau demensia.

Baca Juga

Peneliti menilai fungsi kognitif setiap orang dengan mengukur memori, kognisi global, dan fungsi eksekutif. Mereka juga mengevaluasi metrik ini setelah serangan jantung yang terjadi selama masing-masing periode penelitian.

Peneliti menindaklanjuti bertahun-tahun setelah masing-masing penilaian asli, berkisar antara 4,9 dan 19,7 tahun kemudian, tergantung pada lamanya penelitian. Rata-rata waktu tindak lanjut adalah 6,4 tahun.

Secara keseluruhan, 1.033 peserta dari enam penelitian mengalami serangan jantung selama jangka waktu penelitian. Peneliti menemukan, orang yang menderita serangan jantung mengalami penurunan kognitif lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak.

Semua peserta secara alami mengalami beberapa bentuk kehilangan fungsi otak seiring bertambahnya usia. Tetapi itu hanya terjadi lebih cepat pada mereka yang pernah mengalami serangan jantung.

“Penurunan kognisi pada mereka yang mengalami serangan jantung dalam penelitian ini setara dengan 6 hingga 13 tahun penuaan kognitif,” kata dr Percy Griffin, direktur keterlibatan ilmiah di Asosiasi Alzheimer, yang tidak terlibat dalam penelitian ini kepada Medical News Today dikutip dari Huff Post, Kamis (15/6/2023).

Hubungan antara kesehatan jantung dan otak

“Saya pikir dalam penelitian ini ada koneksi jantung-otak yang jelas. Saya pikir hubungan dalam studi khusus ini mungkin harus dilakukan melalui apa yang kita sebut kesehatan vaskular,” kata dr Daniel Muñoz, direktur medis eksekutif dan kepala petugas medis di Vanderbilt Heart & Vascular Institute di Nashville, Tennessee.

Secara medis, jantung yang sehat memiliki suplai darah sehat dan pembuluh darah yang sehat. Demikian pula, otak yang sehat memiliki suplai darah yang sehat dan pembuluh darah yang sehat.

Seorang ahli jantung dan direktur medis transplantasi jantung dan dukungan peredaran darah mekanis di UC San Diego Health, Eric Adler, mengatakan temuan penelitian ini juga masuk akal jika mempertimbangkan peradangan. Sistem peradangan tubuh dipicu setelah serangan jantung.

Faktanya, menurut sebuah penelitian, orang dengan peradangan yang lebih tinggi di tubuh mengalami penurunan kognitif 7,8 persen lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak mengalami peradangan sebanyak itu.

Adler mengatakan, ada beberapa obat baru untuk penyakit Alzheimer yang menargetkan penumpukan plak di otak. Dia mencatat sejumlah kehilangan fungsi otak adalah normal seiring bertambahnya usia. Tetapi penelitian baru menunjukkan, orang yang mengalami serangan jantung juga kehilangan fungsi otak lebih cepat.

Bagaimana melindungi jantung dan otak Anda sebelum atau sesudah serangan jantung? Bagi yang pernah mengalami serangan jantung, cobalah untuk tidak terlalu khawatir.

Jadikan hal itu sebagai momen lebih memperhatikan kesehatan, dengan disiplin obat yang diresepkan dan melatih otak agar tetap setajam mungkin. Studi menunjukkan bahwa teka-teki silang dan teka-teki gambar dapat membantu menantang otak, sehingga membantu memperlambat penurunan kognitif ringan.

Jika belum pernah mengalami serangan jantung, teruslah memilih langkah-langkah untuk mengurangi risiko. Penting menjaga gaya hidup sehat seperti makan sehat, olahraga, hingga lebih banyak bersosialisasi.

“Karena isolasi sosial, hal-hal semacam itu sebenarnya bisa sangat berdampak pada risiko serangan jantung dan Alzheimer,” kata Adler.

Selain itu, penting menjaga tekanan darah yang sehat, kemudian tidak merokok. Adler menekankan, penting untuk menemui dokter perawatan primer secara teratur, untuk mengetahui masalah sebelum terlambat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement