REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obesitas atau kondisi berat badan berlebih dihasilkan dari kebiasaan pola hidup yang tidak sehat. Menurut para ilmuwan, orang dengan obesitas juga kerap tidak pernah merasa kenyang, bahkan setelah menurunkan berat badan. Itu terjadi akibat sinyal dari otak mereka.
Mengapa bisa demikian? Sebuah penelitian menemukan bahwa membawa terlalu banyak lemak dapat menghalangi sinyal yang menghentikan rasa lapar setelah seseorang makan. Itu pelaku diet yang berusaha mempertahankan berat badan menghadapi perjuangan melawan keinginan makanan.
Bahkan, menurunkan berat badan tidak dapat membalikkan kerusakan pada persinyalan di otaknya. Alhasil, orang masih ingin makan berlebihan saat bobot mereka sudah berkurang. Penelitian menemukan masalah ini berlanjut setelah orang melakukan diet.
Para ilmuwan di Universitas Yale di AS menguji reaksi otak berbeda antara 28 orang kurus dan 30 orang gemuk. Mereka menemukan peserta yang kelebihan berat badan tidak mendapatkan sinyal kenyang yang sama setelah diberi makan 500 kalori melalui tabung makanan.
Dokter Mireille Serlie mengatakan respons yang terganggu terhadap sinyal nutrisi dapat menyebabkan makan berlebihan dan obesitas. Resistensi berkelanjutan terhadap sinyal nutrisi setelah makan, setelah penurunan berat badan yang signifikan, sebagian dapat menjelaskan tingginya tingkat kenaikan kembali berat badan setelah orang berhasil menurunkan berat badannya.
Dua pertiga orang Inggris kelebihan berat badan atau obesitas dan itu meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018.
Belum lama ini, sebuah studi oleh Cardiff University Hospital menemukan sebanyak tiga perempat orang yang mencoba menurunkan berat badan selama setahun berakhir gagal. Diet adalah jenis usaha yang paling umum, tetapi juga salah satu yang paling mungkin gagal.