REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan celah pada gigi yang semakin melebar bisa dipicu oleh beberapa faktor. Kabar baiknya, ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah munculnya celah gigi yang lebar di antara gigi.
Kemunculan celah di antara gigi dikenal sebagai diastema. Menurut dr Vipin Dehane dari Fortis Hospital, salah satu penyebab munculnya celah di antara gigi adalah proses penuaan. Seiring dengan bertambahnya usia, tubuh juga akan mengalami sejumlah perubahan, termasuk mulut dan gigi.
"Elastisitas jaringan gusi dan ligamen yang menyokong gigi cenderung menurun seiring dengan penuaan," ujar dr Dehane, seperti dilansir Health Shots, Senin (12/6).
Penurunan elastisitas ini bisa menyebabkan terjadinya perubahan pada posisi gigi. Perubahan posisi gigi inilah yang kemudian menciptakan celah di antara gigi. "Merupakan hal yang umum untuk menemukan adanya peningkatan celah di antara gigi, seiring waktu," kata dr Dehane.
Penyebab lainnya adalah penyakit gusi seperti periodontitis. Masalah kesehatan ini dapat merusak struktur penunjang gigi seperti gusi dan tulang yang mendasarinya. Akibatnya, gigi bisa copot dan menyisakan ruang yang besar di gusi. Ruang kosong pada gusi ini bisa membuat posisi gigi di sekitarnya bergeser dan menyisakan celah di antara gigi.
Selain itu, dr Dehane mengatakan celah di antara gigi dapat disebabkan oleh kecenderungan menggemeretakkan gigi yang persisten. Kondisi ini dikenal pula dengan bruxism.
Gemeretak gigi yang terjadi bisa memunculkan tekanan berlebih pada gigi. Seiring waktu, kondisi ini bisa menyebabkan erosi enamel dan mengganggu kestabilan gigi. Akibatnya, posisi gigi bisa mengalami perubahan secara bertahap dan menyisakan celah di antara gigi.
Untuk mencegah timbulnya celah di antara gigi, ada lima upaya yang bisa dilakukan. Berikut ini adalah kelima upaya pencegahan tersebut:
1. Menjaga kebersihan oral
Kebersihan mulut dan gigi merupakan salah satu penentu kesehatan oral yang utama. Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan menyikat gigi dua kali sehari, melakukan flossing secara rutin dan berkonsultasi dengan dokter gigi setiap enam bulan sekali. Dengan beragam langkah ini, penyakit gusi hingga beragam kondisi lain yang dapat memicu timbulnya celah di antara gigi bisa dicegah.
2. Gunakan pelindung mulut
Pemakaian mouthguard atau pelindung mulut dapat menjadi opsi bagi orang yang memiliki masalah bruxism. Mouthguard biasanya digunakan selama tidur untuk melindungi gigi agar tidak mudah tergerus oleh gerakan menggemeretakkan gigi.
3. Terapi ortodontis
Bila merasa terganggu dengan celah yang sudah terbentuk di antara gigi, coba berkonsultasi dengan dokter gigi spesialis ortodonti. Dokter gigi spesialis ortodonti bisa memberikan serangkaian terapi yang dapat menutup celah di antara gigi, seperti kawat gigi atau aligner. Terapi yang diberikan bisa sangat beragam, sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.
4. Pertimbangkan implan atau bridge
Bila mengalami gigi copot, coba pertimbangkan pemasangan implan atau bridge untuk mengisi ruang yang kosong akibat copotnya gigi tersebut. Dengan implan atau bridge, gigi-gigi lainnya bisa tetap berada pada posisi semula tanpa ada risiko bergeser. Tindakan ini tak hanya bisa menjaga tampilan gigi, tetapi juga menjaga susunan gigi tetap rapi.
5. Gunakan retainer
Setelah menjalani terapi ortodonti, pasien biasanya akan dianjurkan menggunakan retainer. Penggunaan retainer bermanfaat untuk menjaga susunan gigi yang sudah diperbaiki melalui terapi sekaligus mencegah munculnya kembali celah di antara gigi.