Rabu 07 Jun 2023 08:45 WIB

Tiga Kiat Mencari Makanan Halal Saat Berada di Luar Negeri

Menemukan makanan halal saat berada di luar negeri memang tidak selalu mudah.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Perlu kiat tersendiri untuk menemukan makanan halal saat berwisata ke luar negeri. Ilustrasi
Foto: Anadolu Agency
Perlu kiat tersendiri untuk menemukan makanan halal saat berwisata ke luar negeri. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Menemukan makanan halal saat berada di luar negeri memang tidak selalu mudah, meskipun sudah banyak negara yang fokus pada pariwisata ramah Muslim. Tapi ada tiga kiat mudah yang bisa diterapkan untuk mencari makanan halal, saat sedang di luar negeri.

“Kalau kita masak, otomatis pasti bisa masak yang halal karena ada halal butchery segala macam ya,” ujar Halal Lifestyle Enthusiast, Dian Widayanti, saat ditemui di Almond Zucchini, Jakarta Selatan, Selasa (6/6/2023).

Baca Juga

Pernah tinggal di Swiss beberapa waktu, hal pertama yang paling mudah dilakukan untuk mencari makanan halal tentunya mencari di internet, buka Google dan cukup ketik ‘Halal Food Near Me’. Nanti akan muncul semua rekomendasi restoran atau supermarket yang menjual makanan-makanan halal.

Kedua, bisa cari masjid terdekat karena makanan halal akan mudah ditemui di sekitar masjid. “Makanan yang tersedia biasanya makanan khas Timur Tengah atau India yang masih bisa terjamin kehalalannya. Ya, makanan India banyak juga yang halal,” ujar Dian.

Dan yang terakhir adalah selalu bertanya. Karena di luar negeri tidak selalu ada lembaga sertifikasi halal dari negaranya, lebih baik ditanyakan dulu jika merasa ragu dengan status halalnya.

Dian mengatakan sudah banyak restoran yang menjual makanan halal di luar negeri. Tapi ketika sedang malas mencari tahu, pastikan diri kita sendiri sudah dibekali pengetahuan tentang titik kritis suatu makanan.

“Paling nggak ya nanya kalau dia punya titik kritis makanannya, kayak makanan Jepang itu yang berbahaya biasanya suka dimasukin mirin atau sake, itu yang aku tanyain,” katanya.

Beberapa roti dan kopi yang dijual di luar negeri juga lebih baik ditanyakan dulu bahan-bahannya. Karena bahan dasar roti atau campuran kopi, ada yang memakai rum atau perasa vanila yang mengandung alkohol.

Mengenai status halal ini, Dian mengembalikan pada kaidah muamalah. Karena tidak lantas semua makanan harus disertifikasi halal. Misalnya saja antara penjual cilok keliling dengan restoran besar di mal tentu tidak bisa disamaratakan.

“Karena kita tahu kan, standarnya mereka kan UMKM yang masih kecil banget. Nggak bisa dong kita samain sama brand besar yang sudah mendunia, masa nggak punya duit sih buat sertifikat halal. Tapi kalau mau tanya dulu ke pedagang pinggir jalan, ya nggak apa-apa,” tutur Dian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement