Selasa 06 Jun 2023 19:21 WIB

Pasta Gigi Bukan Obat Jerawat, Malah Bisa Merusak Kulit

Kemanjuran pasta gigi untuk obati jerawat hanyalah mitos.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Pasta gigi (ilustrasi). Menurut mitos, pasta gigi dapat obati jerawat.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun pasta gigi mint memiliki sifat antibakteri, itu dapat merusak jika dipakai di kulit. Seorang konsultan kulit dan ahli jerawat dari Harley Street di Inggris, dr Anjali Mahto, menjelaskan pasta gigi mengandung zat yang dapat mengiritasi dan merusak kulit.

"Seperti banyak 'pengobatan rumahan' lainnya, menggunakan pasta gigi dengan cara ini tidak dianjurkan oleh dokter kulit," ungkap dr Mahto, dikutip dari The Sun, Ahad (4/6/2023).

Baca Juga

Ada perawatan yang jauh lebih efektif dan lebih aman untuk mengobati jerawat. Obatnya bisa dibeli tanpa resep di apoteker atau dokter umum.

Seorang konsultan dermatologis di GetHarley, dr Zainab, juga sepakat soal ini. Dia mengatakan, pasta gigi mungkin terdengar seperti solusi sederhana, tetapi ini menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikannya.

"Pasta gigi mengandung bahan yang bisa menyebabkan kulit kemerahan, gatal, radang dan terbakar. Sayangnya, keefektifannya melawan jerawat hanyalah mitos," tutur Dr Zainab.

Pasta gigi memiliki tingkat pH (derajat keasaman) yang lebih tinggi daripada produk yang dirancang khusus untuk jerawat. Ini berarti bahwa pasta gigi dapat menyebabkan kulit kering, sensasi terbakar, dan menyumbat pori-pori.

Dokter Mahto justru merekomendasikan mereka yang berjerawat untuk mencoba perawatan topikal. Ada beberapa bahan aktif yang harus ada produk, yakni benzoil peroksida dan niacinamide.

"Anda dapat memasukkannya ke dalam rutinitas perawatan kulit sehari-hari," kata dr Mahto yang juga mengajar di London, Inggris.

Perawatan yang menggunakan 5 persen benzoil peroksida membantu membunuh hingga 95 persen bakteri jerawat dalam satu pekan. Benzoil peroksida memiliki efek membuka pori-pori untuk mengurangi pori-pori tersumbat yang didorong oleh efek genetika dan hormon.

Dokter Mahto juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan krim tabir surya setiap hari. Selain itu, hindari terlalu sering mencuci muka.

Sebagian besar reaksi biologis pemicu jerawat terjadi di bawah kulit, bukan di permukaan. Itu artinya, kebersihan kulit tidak banyak berpengaruh pada jerawat.

"Mencuci wajah lebih dari dua kali sehari hanya bisa memperparah kulit dan memperburuknya," kata dr Mahto.

Jerawat utamanya terbentuk akibat peningkatan atau perubahan hormon selama masa remaja. Ini menyebabkan kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak minyak sehingga menyumbat pori-pori.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement