Selasa 06 Jun 2023 14:35 WIB

Merawat Kulit Menjaga Lingkungan Jadi Konsep Bisnis Jenama Ini

Dalam meracik produk BASE mengacu pada hasil jurnal ilmiah terbaru.

Chief Product Officer dan pendiri label perawatan kulit asal Indonesia BASE, Ratih Permata Sari.
Foto: dok Republika
Chief Product Officer dan pendiri label perawatan kulit asal Indonesia BASE, Ratih Permata Sari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan istilah clean beauty marak beberapa tahun terakhir. Konsep clean beauty sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kelangsungan lingkungan hidup dan penggunaan produk yang aman bagi kesehatan.

Upaya meracik skincare yang efektif dan ramah lingkungan namun tidak mudah. Di Tanah Air mungkin kesadaran masyarakat akan produk perawatan kulit yang berkonsep clean beauty masih minim.

Baca Juga

Chief Product Officer sekaligus pendiri label perawatan kulit asal Indonesia BASE, Ratih Permata Sari, menjelaskan konsep clean beauty yang mudah dicerna adalah produk yang aman bagi konsumen dan diracik dari bahan baik dengan proses pembuatan yang ramah lingkungan. "Di BASE kami menghindari penggunaan bahan-bahan yang sifatnya kontroversial," ujar Ratih dalam pertemuan dengan media, beberapa waktu lalu.

BASE adalah merek produk kecantikan dan wellness asal Indonesia yang berbasis teknologi. Jenama kecantikan ini didirikan pada 2019 oleh Yaumi Fauziah Sugiharta dan Ratih Permata Sari.

Ratih menerangkan, dalam meracik produk BASE mengacu pada hasil jurnal ilmiah terbaru. Alasannya, jenama ini hanya menggunakan bahan-bahan alami yang sudah bersertifikasi Ecocert. Yaitu sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga berkelas global bernama Ecocert dengan jaminan bahan tersebut ramah lingkungan dan menerapkan praktek kesadaran sosial atau socially conscious.

"Bersertifikat Ecocert itu artinya produk bukan cuma sudah organik, tapi SDM atau pekerjanya dibayar dengan layak, proses pengolahan limbah dan airnya dikelola sesuai aturan, hingga aturan apakah tanaman merupakan hasil GMO atau bukan," kata Ratih.

Ia melanjutkan, karena itu BASE tidak bisa dengan mudah meluncurkan produk baru setiap saat. Alasannya riset bagi setiap produk membutuhkan waktu lama. Apalagi, produk BASE diracik dari bahan alami.

"BASE juga dibuat sepenuhnya menggunakan bahan berkategori vegan, misalnya, untuk tabir surya dibuat dari ekstrak wortel yang kaya betakaroten, vitamin A, dan flavonoid yang penting untuk menjaga kulit dari sinar matahari," kata Ratih.

Keunggulan bahan vegan dibanding bahan sintetis selain ramah lingkungan juga dari faktor kayanya bahan yang bisa didapat. Ia mencontohkan, dari bahan sintetis hanya akan didapat satu phytochemical atau senyawa yang dibutuhkan untuk kandungan bahan perawatan kulit. Sedangkan dari bahan alami, beberapa phytochemical bisa diperoleh tanpa harus mencarinya dari sumber lain.

Ratih mengakui tidak mudah untuk membuat produk kecantikan yang berpegang teguh dan prinsip dan vegan dan clean beauty. Seperti contohnya sheet mask atau masker kecantikan yang berupa lembaran semacam kain untuk ditempel ke kulit. Menurutnya, sheet mask sangat sulit diurai. Butuh waktu 10 hingga 20 tahun agar sheet mask bisa terurai.

Hal tersebut menjadi tantangan bagi BASE. "Tapi, skincare yang menempel di sheet mask pada prinsipnya bisa diterapkan dalam bentuk lain yang lebih ramah lingkungan," kata dia.

Satu lagi 'ujian' bagi BASE adalah tingkat keefektifan produk. Pasalnya produk perawatan kulit yang paling ramah lingkungan sekalipun tidak akan berguna jika tidak efektif di kulit. Terutama publik menyukai hasil perawatan yang instan nyatanya.

Ratih mengatakan, langkah tersebut dicoba diatasi dengan cara mengedukasi penggunanya. "Kita biasanya coba memberi perbandingan, tingkat efektivitas ceramide berbahan sintetis dengan ceramide dari omega 3 di quinoa," ujar Ratih.

Hingga saat ini semua bahan-bahan dalam rangkaian produk BASE bersifat organik, vegan, halal, ramah lingkungan, telah teruji secara klinis, dan tersertifikasi oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Ke depan, BASE juga memiliki mimpi untuk menggunakan lebih banyak bahan lokal seperti misalnya buah merah Papua yang selama ini tidak dikenal manfaatnya bagi kulit. Menurut Ratih, penggunaannya bisa berefek seperti botox, lho. Wow, bukan?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement