REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Desa Lung Anai memiliki daya pikat dan potensi untuk menjadi destinasi pariwisata berbasis masyarakat. Perkampungan Suku Dayak Kenyah ini berlokasi di wilayah Sungai Payang, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara yang berjarak sekitar 30-kilometer dari Samarinda.
Layaknya Bali dan Lombok, tren wisata kini beralih dari panorama alam menjadi kekayaan budaya. Setiap bulan Mei, desa ini menggelar ritual budaya untuk mensyukuri hasil panen. Salah satu seremoninya adalah pembuatan Undrat, makanan yang terbuat dari beras yang ditumbuk dan diayak lalu dibakar di dalam bambu.
Memiliki proses yang unik dengan ciri khas suku Dayak Kenyah, Undrat mencuri perhatian Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara pada tahun 2007 untuk menjadikan Lung Anai sebagai desa pariwisata. Hal ini didukung dengan rekomendasi para tetua Suku Dayak agar Desa Lung Anai dinobatkan menjadi cagar budaya.
Desa Lung Anai memiliki potensi ekonomi karena lokasi yang dekat dengan ibu kota negara (IKN), tetapi masih banyak halang rintang yang perlu dilalui.
Kisah Desa Lung Anai itu pula yang menarik perhatian MMS Group Indonesia (MMSGI) melalui PT Multi Harapan Utama (MHU). “Peran MMSGI-MHU difokuskan untuk pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan masyarakat sehingga mereka memiliki keahlian baru dan mampu mengelola desa wisata budaya ini. Kami berharap ke depannya mereka dapat hidup lebih baik dan tidak bergantung pada lahan untuk berladang,” ujar Wijayono Sarosa, General Manager Mining Support MHU, dalam siaran pers, Kamis (23/5/2023).
MMSGI-MHU bermitra dengan Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Pariwisata dan Yayasan Sekar Medika Samarinda untuk membimbing warga desa menganalisa potensi wisata dan meningkatkan kesadaran serta kemampuan masyarakat Desa Lung Anai.
Tak berhenti di situ, MMSGI-MHU juga bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), serta Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) bagian Kalimantan Timur untuk memperluas jangkauan promosi Desa Budaya Lung Anai.
Melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang dikelola secara rapi, MHU mengutamakan aset budaya dan identitas kelompok Suku Dayak Kenyah tanpa mengubah atmosfer kearifan lokal.
Aktivitas pengembangan ini melibatkan warga setempat dalam perencanaan, pengelolaan, dan diskusi pendapat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk memelihara lingkungan dan budaya.
“Inisiatif yang dilakukan oleh MMSGI-MHU terkait perkembangan cagar budaya Suku Dayak Kenyah selaras dengan pembangunan IKN. Desa Lung Anai akan menjadi destinasi pilihan di masa yang akan datang. Untuk itu, perlu persiapan yang matang dan tepat sasaran,” tutur Adri Martowardojo, perwakilan MMS Group Indonesia.