Sabtu 06 May 2023 04:27 WIB

Pekerja Perlu Tingkatkan Literasi di Era AI

Peningkatan literasi memudahkan masyarakat menghadapi hadirnya AI.

Artificial Intelligence (ilustrasi). Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan bahwa masyarakat diharapkan agar meningkatkan literasi digital di tengah kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Foto: pixabay
Artificial Intelligence (ilustrasi). Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan bahwa masyarakat diharapkan agar meningkatkan literasi digital di tengah kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan bahwa masyarakat diharapkan agar meningkatkan literasi digital di tengah kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

"Kalau urusan menggunakan teknologi, masyarakat Indonesia dengan mudahnya memakai. Tetapi apakah memakainya dengan aman dan benar, itu yang perlu literasi dan pembelajaran lebih lanjut," kata Firman.

Baca Juga

Kehadiran AI, kata Firman, sejatinya telah mendorong terjadinya perubahan besar dalam peradaban manusia sehingga perlu diantisipasi agar tidak berdampak buruk pada masyarakat. Dalam konteks lapangan pekerjaan, kekhawatiran kelompok tenaga kerja produktif yang takut tergantikan oleh AI dapat dipahami lantaran kemampuan AI yang dianggap bisa menyelesaikan berbagai permasalahan dan produktivitas di berbagai bidang. Oleh karena itu, peningkatan literasi dinilai akan memudahkan masyarakat dalam menghadapi hadirnya AI.

Selain meningkatkan literasi digital dan teknologi, pemerintah juga diharapkan berperan aktif untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar mampu beradaptasi dengan tepat. "Kultur masyarakat perlu dibangun agar penggunaan teknologi, khususnya AI ini dapat dimanfaatkan secara benar," ujar Firman.

Ia menyampaikan, kecerdasan buatan yang dijalankan mesin memiliki sejumlah kekurangan seperti kemampuan memahami konteks hingga evaluasi pekerjaan layaknya manusia. Namun demikian, apabila tidak diantisipasi secara serius maka seiring berjalannya waktu hadirnya AI akan benar-benar mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan manusia dengan hasil yang memuaskan.

"Pada sebagian realitas, kemampuan pemrosesan data AI jauh mengungguli manusia. Negara harus mengkaji secara serius," kata dia.

Seperti diketahui, International Business Machines Corp (IBM) di Amerika Serikat bakal menyetop rekrutmen pekerja sebanyak 7.800 pekerjaan yang akan digantikan perannya oleh AI.

CEO IBM Arvind Krishna mengatakan pihaknya akan menunda rekrutmen untuk divisi back office atau yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, seperti bagian sumber daya manusia (SDM). Jumlah karyawan total di divisi 'belakang layar' ini sekitar 26 ribu pekerja. Sebanyak 30 persen di antaranya akan digantikan AI dalam beberapa tahun ke depan.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement