Jumat 05 May 2023 22:23 WIB

Kenali Tanda-Tanda Anak Jadi Korban Bullying di Sekolah, Orang Tua Harus Apa?

Saat anak menunjukkan tanda ini, orang tua harus tanggap dan membantu anak.

Anak jadi korban bullying di sekolah (ilustrasi). Orang tua perlu mengenali tanda-tanda anak telah menjadi korban bullying di sekolah.
Foto: Foto : MgRol_93
Anak jadi korban bullying di sekolah (ilustrasi). Orang tua perlu mengenali tanda-tanda anak telah menjadi korban bullying di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Assosiate Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI)Rosana Dewi Yunita mengatakan, ada beberapa tanda yang harus diketahui orang tua saat anak mengalami perundungan di sekolah.

"Ada beberapa tanda saat anak mengalami perundungan di sekolah, antara lain anak tidak mau pergi ke sekolah, kesulitan tidur (insomnia) dan terlihat tegang atau cemas," ujar Rosana, Jumat (5/5/2023).

Baca Juga

Selain itu muncul perilaku yang berbeda dari biasanya. Saat anak menunjukkan tanda di atas, orang tua harus tanggap dan membantu anak untuk mengatasinya.

Rosana mengatakan, bagi remaja pertemanan merupakan salah satu hal yang penting. Saat mengalami masalah dalam pertemanan, anak dapat mengalami demotivasi belajar atau penurunan motivasi dalam belajar, sehingga prestasi anak di sekolah pun dapat menurun.

"Ketika dia mau berangkat, yang dulunya semangat ternyata kok sekarang nggak semangat. Ternyata dia tidak diajak dalam suatu lingkungan," kata Rosana.

Selain tidak diajaknya anak dalam suatu lingkungan atau kelompok pertemanan, permasalahan lain dapat terjadi saat anak didiamkan atau tidak dihiraukan oleh teman-temannya, hingga perkataan yang menyinggung dari teman-temannya. Ada beberapa tahapan untuk memastikan apakah anak mengalami perundungan di sekolah atau tidak.

Pertama, orang tua dapat mengonfirmasi, baik dari anak maupun teman yang disinyalir melakukan perundungan apakah tindakannya hanya lelucon tanpa unsur kesengajaan atau memang sengaja untuk perundungan. Pada anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar, kontrol diri mereka terkadang masih kurang baik.

Tindakan-tindakan mereka kadang sudah disimpulkan merundung, misalnya saat ingin meminjam sesuatu dari temannya, tetapi terkesan merebut atau memaksa mengambilnya, sehingga terlihat seperti perundungan yang sebenarnya tidaklah demikian. Pada dasarnya, perundungan dilakukan secara konsisten oleh satu individu atau kelompok ke individu lainnya.

Jika anak tidak mengalami hal tersebut, dan kejadian hanya sekali saja, kemungkinan besar mereka ada masalah dalam berkomunikasi belum sampai tindakan perundungan. Jadi orangtua atau lingkungan perlu bijak dalam mengatasi hal ini.

Kedua, orang tua dapat memberikan penguatan pada anak dan kemampuan pertahanan diri agar anak dapat mengatasi perundungan yang dialaminya. Ketiga, orang tua dapat memastikan apakah permasalahan perundungan pada anak dapat diselesaikan melalui pihak sekolah dulu atau tidak.

Jika cara kedua tidak berhasil, orang tua dapat mendiskusikan tindakan perundungan yang terjadi pada anak agar sekolah dapat mengambil tindakan tepat untuk mengatasinya. Apabila ada kejadian perundungan, pihak sekolah dan orangtua bekerjasama untuk melakukan tindakan pada semua anak, baik anak yang merundung, anak yang dirundung, maupun anak yang hanya melihat tindakan perundungan tersebut. Bisa juga kerjasama dengan profesional seperti psikolog.

Oleh karena itu, Rosana berpesan agar orang tua dapat ikut serta menjadi teman bagi anak. Saat anak mengalami masalah, seperti perundungan, orang tua dapat menjadi tempat mereka berkeluh kesah dan membantu mereka mengatasi permasalahannya.

"Dalam berdiskusi, orang tua perlu memperhatikan tahap perkembangan anak. Jadi, memperlakukan anak harus disesuaikan dengan usianya dan zamannya,"ujar Rosana

Rosana menyarankan agar orang tua memberikan kebebasan terbatas pada anak dengan tetap mengasah kemandiriannya. Orang tua memberi kepercayaan dan memberikan kesempatan pada mereka untuk mencoba hal baru atau hal lain yang mereka inginkan, dengan standar aturan yang jelas.

"Namun, saat ada hal-hal yang perlu diluruskan, orang tua tetap harus menyampaikannya dengan baik. Hal ini dilakukan agar anak tidak mengalami mispersepsi dan dapat menentukan hal mana yang benar dan yang salah," kata Rosana.

Selain itu, Rosana juga menekankan pentingnya unsur agama juga untuk ditanamkan sejak dini pada anak agar mereka paham sesuatu yang dilarang dan yang tidak dilarang. Dengan begitu, kontrol diri mereka akan lebih baik karena sejatinya orang tua tidak dapat mengawasi anak selama 24 jam. Orang tua dikatakan Rosana juga perlu memberikan rasa nyaman pada anak agar mereka merasa dapat berdiskusi dan terbuka pada orang tuanya.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement