REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film drama biografi olahraga arahan sutradara Ben Affleck, Air, gagal menutup anggaran produksinya. Namun, sinema tentang asal mula sepatu Air Jordan besutan Nike dan Michael Jordan itu masih dipuji sebagai karya yang sukses besar.
Dikutip dari laman Screen Rant, Rabu (3/5/2023), film Air didistribusikan oleh Amazon Studios, dan muncul sebagai salah satu rilisan yang ditunggu-tunggu. Selain kisah yang menarik, film juga dipromosikan sebagai reuni Matt Damon dan Ben Affleck di satu layar, karena Affleck juga membintangi film.
Berdasarkan data dari Box Office Mojo, penghasilan global film Air mencapai hampir 75 juta dolar AS (sekitar Rp 1,1 triliun). Angka itu termasuk pendapatan yang sangat besar. Bahkan, melampaui film terakhir Affleck dan Damon, The Last Duel.
Sayangnya, angka itu tetap tidak menutup anggaran film Air, yaitu 90 juta dolar AS (Rp 1,32 triliun). Anggaran yang besar dikarenakan film menceritakan kisah pada era 1980-an, sehingga bangunan, mode, hingga berbagai kendaraan di film perlu disesuaikan.
Meski tidak menutup anggaran, Air tetap disebut sukses di box office. Itu karena semula Air tidak direncanakan tayang di bioskop. Awalnya, film dimaksudkan untuk tersedia secara eksklusif di layanan streaming Amazon Prime Video.
Akan tetapi, Amazon berubah pikiran setelah pemutaran terbatas Air mendapat respons yang sangat positif. Kesuksesan itu berlanjut, karena film mendapatkan nilai "A" dari CinemaScore dan Affleck dipuji berkat kepiawaiannya sebagai sutradara.
Setelah debutnya di bioskip, Air akan tersedia di Amazon Prime Video dalam beberapa pekan mendatang. Itu bukan karena kesepakatan antara studio film dengan streamer, tetapi karena Amazon Studios yang mendistribusikan film tersebut.
Aturan umumnya, sebuah film perlu menghasilkan uang sebesar 2,5 kali anggaran agar menguntungkan. Namun, karena dibuat untuk Amazon Prime, pada awalnya studio tidak berniat benar-benar menghasilkan uang dari film tersebut.
Jika Air benar-benar hanya tayang ke layanan streaming alih-alih dirilis di bioskop, kemungkinan film akan memiliki anggaran pemasaran untuk mempromosikan di layanan streaming. Terlebih, Amazon tidak pernah berencana menghasilkan uang dari rilisan teater ketika menyetujui anggaran.
Langkah itu juga menandai dimulainya tren kecil di Hollywood, yakni perubahan keputusan studio terkait penayangan film. Selama pandemi Covid-19, banyak orang memilih menonton konten di layanan streaming. Namun, kini film layar lebar kembali mendapatkan penonton.
Meningkatnya minat penikmat film mendatangi bioskop membuat banyak studio merilis film yang semula direncanakan rilis di layanan streaming ke layar lebar. Selain lewat film Air, Warner Bros juga menerapkan hal sama untuk sinema Evil Dead Rise, yang juga mendapat manfaat dari pendekatan tersebut.