REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir setahun setelah menyapa penggemar dengan single "Rest In Pieces" pada Oktober 2024, band rock legendaris asal Finlandia, The Rasmus, akhirnya meluncurkan album studio ke-11 mereka berjudul WEIRDO. Album ini sekaligus menjadi penanda kolaborasi perdana mereka di bawah label Better Noise Music dan Playground Music.
Melalui rilisan terbaru ini, The Rasmus membuktikan alasan mereka tetap menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kancah musik rock global. Album WEIRDO menyajikan ciri khas The Rasmus yang sudah dikenal luas yaitu perpaduan nuansa gelap yang mendalam, hook pop modern yang catchy, dan dentuman gitar yang terasa megah layaknya musik stadion. Lebih dari sekadar kumpulan lagu rock, WEIRDO hadir sebagai sebuah perayaan dan anthem bagi semua orang yang pernah merasa berbeda, terasing, atau tidak cocok dengan lingkungannya. Lauri Ylönen, sang frontman, menjelaskan pesan fundamental dari album ini.
“Sejak awal perjalanan kami di 1996, pesan utamanya selalu sama, merayakan mereka yang berani jadi diri sendiri,” ujar Lauri dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada akhir pekan lalu.
Ia mengakui pengalamannya sendiri sebagai inspirasi utama di balik judul album. "Aku pernah dianggap ‘weirdo’ (orang aneh), missfit, freak yang dulu bikin marah, tapi sekarang justru jadi sumber kekuatan. Kita, para ‘weirdos’, bisa mengubah masa depan,” ujarnya.
Album ini seolah menjadi deklarasi keberanian dan penerimaan diri, mengubah label negatif menjadi kekuatan artistik. Salah satu highlight utama dari album ini adalah perilisan video untuk lagu utamanya, "Weirdo", yang menampilkan kolaborasi menarik dengan Lee Jennings dari band The Funeral Portrait.
Jennings sendiri menyambut kolaborasi ini dengan antusias, menyebut track ini sebagai anthem yang sempurna untuk semua outcast atau mereka yang merasa terpinggirkan. "Bekerja dengan The Rasmus adalah mimpi jadi nyata, dan kini kami siap turun ke jalan bareng untuk mewakili semua ‘weirdos’ di Eropa November ini,” ujar Jennings.