REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak mempunyai karakteristik yang unik. Anak juga bukan manusia dewasa mini karena proses tubuhnya (fisiologisnya) berbeda dengan dewasa.
Ketua Satgas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr Kurniawan Taufiq Khadafi, menjelaskan ada beberapa hal yang membuat anak rentan terhadap kegawatdaruratan perubahan iklim. Pertama, anak itu banyak menghirup udara.
Sebenarnya, semakin kecil usianya, laju napasnya semakin cepat. Contohnya pada bayi baru lahir itu laju napasnya sekitar 40-50 kali per menit, sedangkan orang dewasa hanya 18-2 kali per menit.
"Nah dengan banyak menghirup udara, ini memudahkan anak menyerap atau menghirup bahan yang sifatnya berbahaya di udara," kata dr Khadafi dalam jumpa pers virtual bersama IDAI, Selasa (2/5/2023).
Kedua, anak yang berusia lebih besar itu anak banyak bermain di luar rumah. Anak-anak melakukan eksplorasi dengan bermain bahan-bahan kotor. Kondisi itu membuat anak mudah memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
"Kelihatannya simpel, tetapi itu salah satu sifat daripada anak yang terimbas dampak dari perubahan iklim, akan masuk ke dalam situasi situasi seperti ini," ujar Khadafi.
Ketiga, anak cenderung tidak mampu mengungkapkan atau mengekspresikan keluhan. Ketika anak sudah dalam keadaan sakit, orang tua baru mengetahuinya sudah dalam fase lanjut. Sebab, anak biasanya tidak jelas mengungkapkan keluhan awal, dan hanya bisa menangis saja.