Senin 17 Apr 2023 09:56 WIB

Fakta Subvarian Arcturus yang Sangat Menular, Masyarakat Harus Waspada

Arcturus 1,2 kali lebih menular dibandingkan subvarian Kraken.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Varian arcturus (ilustrasi). Berdasarkan studi terbaru, varian Arcturus 1,2 kali lebih menular dibandingkan subvarian Kraken.
Foto: Dok Republika
Varian arcturus (ilustrasi). Berdasarkan studi terbaru, varian Arcturus 1,2 kali lebih menular dibandingkan subvarian Kraken.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian Omicron XBB.1.16 atau Arcturus pertama kali terdeteksi di India pada Januari lalu. Kini, varian turunan Omicron ini telah terdeteksi di 22 negara, termasuk Indonesia.

"Ini adalah (varian) yang perlu dipantau. Kami memantaunya karena (varian) ini memiliki potensi perubahan yang perlu kita awasi," ujar Technical Lead for Covid Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dr Maria Van Kerkhove, seperti dilansir laman Irish Mirror, Senin (17/4/2023).

Baca Juga

Berdasarkan studi terbaru, varian Arcturus 1,2 kali lebih menular dibandingkan subvarian Kraken. Kemunculan subvarian Arcturus telah memicu lonjakan kasus Covid-19 di India yang memaksa negara tersebut untuk kembali mewajibkan penggunaan masker.

Sejauh ini, ada enam fakta seputar varian Arcturus yang penting untuk diketahui. Berikut ini adalah keenam fakta tersebut menurut dr Connor Bamford dari Wellcome-Wolfson Institute for Experimental Medicine di Queen's University Belfast:

1. Apa itu subvarian Arcturus?

Arcturus merupakan sebutan yang diberikan untuk varian terbaru SARS-CoV-2 yaitu XBB.1.16. Arcturus terbentuk dari kombinasi dua varian Omicron yang sudah beredar lebih dulu.

"XBB.1.16 berkaitan erat dengan XBB.1.5 (Kraken)," kata dr Bamford.

2. Apa saja gejalanya?

Dr Bamford mengungkapkan, infeksi varian Arcturus kemungkinan akan memunculkan gejala yang sama seperti varian-varian sebelumnya, yaitu gejala seperti pilek. Meski bergejala ringan, kondisi ini tetap memiliki kapasitas untuk menyebabkan infeksi paru yang berat pada kelompok rentan.

"Ada juga risiko yang sangat nyata untuk long Covid," kata dr Bamford.

Beberapa gejala seperti pilek yang mungkin disebabkan oleh Arcturus adalah demam dan batuk. Pada anak, varian Arcturus juga tampak memunculkan gejala Covid-19 tak biasa berupa konjungtivitis yang membuat mata menjadi gatal dan lengket.

3. Seperti apa situasi Covid-19 saat ini?

Seperti prediksi awal, dr Bamford mengatakan Covid-19 akan tetap ada dan terus menginfeksi orang-orang. Selalu ada gelombang peningkatan kasus, perawatan di rumah sakit, serta kematian yang berkaitan dengan varian-varian baru setiap tiga bulan atau lebih.

"Di antara gelombang-gelombang (lonjakan) ini, Covid-19 tak benar-benar pergi," ujar dr Bamford.

4. Mungkinkah imunitas saat ini memberikan perlindungan?

Dr Bamford menilai imunitas yang sudah terbentuk selama ini, baik karena vaksinasi maupun infeksi alami, bisa membantu melawan tiap varian baru yang muncul. Hal ini tetap berlaku meski varian baru yang muncul lebih menular. Akan tetapi, kelompok rentan mungkin akan memerlukan bantuan tambahan seperti vaksinasi.

5. Apakah vaksin booster terbukti efektif?

Vaksin booster yang ada saat ini seharusnya bisa membantu melawan varian Arcturus. Mengingat Covid-19 akan menetap dalam waktu yang lama, vaksinasi dan pemberian booster akan memberikan proteksi terbaik, khususnya pada kelompok rentan.

6. Apakah varian baru ini mengkhawatirkan?

Kemunculan Arcturus mungkin memunculkan sedikit kekhawatiran. Namun, dr Bamford menilai hal yang lebih mengkhawatirkan adalah kasus Covid-19 selalu ada meski sedang tak ada gelombang Covid-19 yang terjadi.

"Saya pikir kita tak punya rencana yang cukup kuat saat ini untuk melindungi populasi sepanjang tahun," ujar dr Bamford.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement