REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Garam membantu memperkuat cita rasa makanan dan berfungsi sebagai pengawet alami. Garam meja terdiri atas 60 persen klorida dan 40 persen natrium.
Natrium merupakan salah satu elektrolit esensial inti yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk melakukan segala hal. Misalnya, mulai dari mencerna makanan hingga mengerutkan otot atau mengedipkan mata.
Tubuh manusia hanya membutuhkan sedikit natrium setiap hari yaitu 500 miligram atau setara dengan seperempat sendok teh garam. Natrium berguna untuk membantu mengencangkan otot, menjaga kesehatan impuls saraf, hingga menjaga keseimbangan cairan.
Masalahnya, asupan natrium seseorang umumnya jauh melebihi apa yang dibutuhkan tubuh. Hal itu tak lepas dari maraknya makanan ultraproses. Ada lebih dari 25 bahan yang mengandung natrium yang biasa digunakan oleh produsen makanan dalam formulasinya untuk membuat produk yang lezat dan memiliki masa simpan yang lama.
Bahan-bahan yang mengandung natrium yang umum dapat dicantumkan sebagai garam, natrium bikarbonat, natrium nitrat, dan lebih dari 20 nama lain yang berarti natrium tambahan. Dilansir laman Best Life, Selasa (11/4/2023), berikut dampak terlalu banyak asupan garam:
1. Bisa membahayakan pembuluh darah dan jantung
Masalah kesehatan paling umum yang terkait asupan natrium tinggi yang kronis adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Setelah dikonsumsi dan ketika masuk ke dalam aliran darah, natrium bersifat seperti spons untuk air.
Ketika lebih banyak air yang masuk ke dalam darah, volume cairan meningkat dan tekanan terhadap dinding pembuluh darah meningkat. Hipertensi dianggap sebagai pembunuh diam-diam karena hanya memiliki sedikit tanda atau gejala yang dapat dilihat atau dirasakan orang. Karenanya, mereka sering mengabaikan saran dari penyedia layanan kesehatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi mereka.
Hipertensi adalah faktor risiko nomor satu untuk mengembangkan penyakit kardiovaskular, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Hypertension. Diperkirakan bahwa tekanan darah tinggi bertanggung jawab atas 54 persen dari semua strok dan 47 persen dari semua penyakit jantung koroner. Tekanan darah tinggi juga merupakan faktor risiko gagal jantung, fibrilasi atrium, dan penyakit katup jantung.
2. Kembung dan bengkak di wajah
Mengonsumsi terlalu banyak garam sering kali membuat perut terasa kembung dalam beberapa jam setelahnya akibat retensi air. Perut mungkin terasa membesar, dan banyak orang yang sensitif terhadap garam mengalami bengkak di wajah, tangan, dan kaki. Ini adalah tanda klasik dari pergeseran cairan yang terjadi akibat asupan natrium berlebih yang membutuhkan waktu untuk dikeluarkan oleh tubuh, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Nutrition & Metabolism.
3. Penambahan berat badan atau lebih banyak lemak tubuh
Terlalu banyak garam juga membuat berat badan meningkat untuk sementara waktu karena retensi air. Akan tetapi ada banyak bukti bahwa asupan garam yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan berat badan dan lemak tubuh.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Hypertension juga menemukan bahwa ada hubungan langsung antara diet tinggi natrium dengan kelebihan berat badan dan obesitas, terlepas dari kalori yang dikonsumsi dan kualitas kalori tersebut. Studi ini menemukan bahwa di antara orang dewasa, peningkatan 1.000 mg sodium per hari meningkatkan risiko obesitas sebesar 26 persen.
Lebih buruk lagi, asupan garam yang tinggi dikaitkan dengan BMI yang lebih tinggi, lingkar pinggang, dan lemak tubuh. Meskipun mekanismenya belum dipahami, para peneliti berteori bahwa garam dapat berdampak negatif pada metabolisme lemak.
4. Bisa memperburuk migrain
Studi pertama yang menghubungkan ketidakseimbangan natrium dan cairan dengan migrain berasal dari tahun 1940-an. Sementara penelitian masih terus berlangsung, satu penelitian pada 2021 terhadap 262 orang dewasa yang diterbitkan dalam British Journal of Nutrition melaporkan bahwa setelah mengendalikan pemicu migrain potensial lainnya, individu dengan kadar natrium tertinggi (diukur dalam urine) mengalami sakit kepala yang lebih lama dibandingkan dengan mereka yang asupan natriumnya lebih rendah.
5. Tingkatkan risiko demensia
Demensia vaskular adalah bentuk demensia kedua yang paling umum di antara para lansia. Faktor gaya hidup apa pun yang berdampak negatif pada fungsi pembuluh darah dan terkait dengan penyakit jantung umumnya meningkatkan risiko kehilangan daya ingat dan penurunan kognitif yang terkait dengan demensia vaskular. Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan hubungan antara diet tinggi garam dan demensia, tetapi penelitian pada manusia masih kurang jelas.
Sebuah studi di Nature Neuroscience melaporkan bahwa asupan yang tinggi garam terkait dengan peningkatan risiko demensia, tetapi mekanisme kerja yang tepat tidak dipahami. Dalam sebuah artikel tinjauan utama yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa asupan garam yang tinggi dikaitkan dengan kognisi yang buruk.
Para peneliti menyarankan bahwa mengurangi asupan natrium dapat menjadi target potensial untuk intervensi. Diperlukan studi prospektif berkualitas tinggi dan uji klinis.