REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan bahwa kematian akibat bunuh diri meningkat selama bulan purnama. Para psikiater di Indiana University School of Medicine menganalisis kasus-kasus bunuh diri yang terjadi dari 2012 hingga 2016.
Mereka menemukan bahwa kematian akibat bunuh diri meningkat secara signifikan selama pekan bulan purnama. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Discover Mental Health ini menunjukkan bahwa orang yang berusia di atas 55 tahun memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk meninggal karena bunuh diri.
"Kami ingin menganalisis hipotesis bahwa kasus bunuh diri meningkat selama periode sekitar bulan purnama dan menentukan apakah pasien yang berisiko tinggi harus dipantau lebih dekat pada waktu-waktu tersebut," kata Alexander Niculescu, peneliti dari Indiana University School of Medicine seperti dilansir laman India Today, Senin (10/4/2023).
Waktu dan bulan terjadinya kasus bunuh diri juga diteliti oleh para ahli. Peneliti menemukan bahwa pukul 15.00 hingga 16.00 pada bulan September adalah waktu-waktu yang paling banyak terjadi kasus bunuh diri.
Niculescu mengatakan, pasien yang berisiko tinggi mungkin harus dipantau dengan cermat selama pekan bulan purnama, pada sore hari dan mungkin di bulan September. Tim ini sebelumnya telah mengembangkan tes biomarker darah untuk kondisi kesehatan mental lainnya seperti kecemasan, depresi dan gangguan stres pascatrauma, dan untuk rasa sakit.
“Dengan menggunakan biomarker, kami juga menemukan bahwa orang dengan gangguan penggunaan alkohol atau depresi mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi selama periode-periode tersebut,” kata Niculescu.
Pakar tersebut mengungkapkan hubungan "unik" antara cahaya bulan dan kasus bunuh diri. Menurut peneliti, cahaya bulan bisa menjadi penyebab meningkatnya kasus bunuh diri selama periode tersebut. Pasalnya, cahaya bisa memainkan peran utama dalam ritme sirkadian tubuh, yang merupakan siklus 24 jam alami yang diikuti tubuh untuk mengatur waktu tidur-bangun.
Niculescu dan timnya menemukan efek cahaya sekitar dan jam tubuh terhadap bunuh diri dan mengatakan bahwa hal ini perlu diteliti lebih lanjut. “Perubahan cahaya dapat mempengaruhi orang-orang yang rentan, bersamaan dengan faktor risiko lainnya,” kata dia.
Dua periode puncak bunuh diri lainnya adalah dari pukul 3 hingga 4 sore ketika terjadi penurunan cahaya, yang menyebabkan ekspresi gen jam sirkadian dan kortisol lebih rendah. Pada bulan September, banyak orang mengalami stres dan juga gangguan afektif musiman karena merupakan akhir dari liburan musim panas dan cahaya matahari mulai berkurang pada saat itu.
Studi ini menunjukkan bahwa bulan purnama, musim gugur, dan sore hari merupakan waktu-waktu yang dapat meningkatkan risiko bunuh diri, terutama pada individu yang menderita depresi atau gangguan penggunaan alkohol.