Selasa 11 Apr 2023 16:30 WIB

Kasus Virus Marburg Meningkat, Akankah Jadi Pandemi Berikutnya?

Pakar dari AS mengecam WHO karena tidak proaktif terhadap temuan kasus Marburg.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Kelelawar buah yang terinfeksi menjadi salah satu penyebab penyebaran virus Nipah. Virus Marburg yang ditemukan di Guinea Khatulistiwa disebarkan oleh kelelawar buah Mesir.
Foto:

Dokterr Siegel mencatat bahwa ada vaksin untuk virus Marburg dan bahwa tindakan yang direkomendasikan adalah melakukan pendekatan vaksinasi cincin. Ini berarti vaksin perlu diberikan pada pasien yang memiliki kontak erat dengan pasien seperti pernah berhubungan seksual, berciuman, selama dua pekan terakhir.

Strategi ini digunakan untuk membantu mengakhiri wabah cacar pada pertengahan tahun 1900-an. Kabar baiknya, menurut dr Siegel, virus Marburg tidak menyebar melalui udara. Virus ini menyebar melalui kontak dekat seperti sekresi, istilah untuk cairan tubuh yang terdiri atas darah, air liur, plasma, air mani, dan urine.

"Tetapi ini adalah virus yang mengerikan dan menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi. Kita tentu saja perlu mengawasinya, karena kita tidak ingin melihat ada kasus di sini (AS)," jelas dr Siegel.

Dokter Siegel juga yakin virus Marburg tidak akan menjadi pandemi berikutnya, karena virus ini dinilai stabil dalam bermutasi. Namun, dia mengungkapkan kekhawatirannya tentang virus yang ‘dipermainkan’ di laboratorium.

"Saya tidak bisa mengatakan 100 persen bahwa sesuatu tidak akan terjadi di laboratorium. Di situlah kekhawatiran saya. Namun di alam, hal ini tidak akan menyebabkan pandemi, ini hanya akan menyebabkan wabah sporadis. Dan itu bisa dikendalikan, seperti yang baru saja terjadi di Tanzania," kata dr Siegel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement