REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Tidur kurang dari enam jam pada hari seseorang divaksinasi, dikaitkan dengan respons antibodi lebih rendah. Hal itu jika dibandingkan dengan orang yang tidur tujuh jam atau lebih sebelum divaksin.
Temuan itu diungkap oleh sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology Monday. Studi tersebut mencatat bahwa respons antibodi seseorang adalah "penanda perlindungan yang signifikan secara klinis" dan "indikator awal kekebalan" setelah vaksinasi.
"Tidur cukup tidak hanya memperkuat tetapi juga dapat memperpanjang durasi perlindungan vaksin," kata penulis senior Eve Van Cauter, profesor emeritus di University of Chicago, AS, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CBS News.
Meta-analisis meninjau studi orang yang menerima suntikan flu dan vaksin hepatitis, dan menemukan hubungan antara tidur dengan antibodi yang tampak sangat kuat pada pria. Penulis mengatakan perbedaan ini kemungkinan karena fluktuasi kadar hormon seks pada wanita.
"Kami tahu dari studi imunologi bahwa hormon seks memengaruhi sistem kekebalan," kata penulis utama Karine Spiegel, dari French National Institute of Health and Medicine, dalam sebuah pernyataan.
Pada wanita, kekebalan tubuh dipengaruhi oleh keadaan siklus menstruasi, penggunaan alat kontrasepsi, serta status menopause dan pascamenopause. Namun sayangnya, tidak ada penelitian yang menunjukan data tentang kadar hormon seks.
Penulis mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami perbedaan jenis kelamin, durasi tidur yang ideal, dan waktu vaksin yang terkait dengan tidur.
Temuan ini mungkin membantu memberi perspektif baru dalam cara orang mendapatkan vaksin. Penerimaan vaksin semakin gencar sejak pandemi Covid-19.
"Kami akan memvaksinasi jutaan orang dalam beberapa tahun ke depan, dan ini adalah aspek yang dapat membantu memaksimalkan perlindungan," tambah Spiegel.