Kamis 09 Mar 2023 22:14 WIB

WHO: Warga Dunia Masih di Luar Jalur untuk Capai Target Pangkas Asupan Garam Meja

Sebagian besar negara belum mengadopsi kebijakan pengurangan natrium.

Membubuhi garam pada makanan. Saat makan di luar, minta penjual tidak menggunakan garam sama sekali pada masakan. Bubuhi sendiri ketika sudah dihidangkan agar konsumsi garam bisa lebih terkontrol.
Foto: Reiny Dwinanda/Republika
Membubuhi garam pada makanan. Saat makan di luar, minta penjual tidak menggunakan garam sama sekali pada masakan. Bubuhi sendiri ketika sudah dihidangkan agar konsumsi garam bisa lebih terkontrol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang pengurangan asupan natrium menunjukkan bahwa warga dunia berada di luar jalur untuk mencapai target global. Berdasarkan kesepakatan, dunia perlu mengurangi konsumsi garam sebesar 30 persen pada 2025.

Natrium memang termasuk nutrisi penting. Akan tetapi, asupannya bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, strok, dan kematian dini bila dikonsumsi berlebihan.

Baca Juga

Sumber utama asupan natrium adalah garam meja (natrium klorida). Demikian juga dengan bumbu lain seperti natrium glutamat.

"Pola makan yang tidak sehat adalah penyebab utama kematian dan penyakit secara global, dan asupan natrium yang berlebihan adalah salah satu penyebab utamanya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Laporan menunjukkan bahwa kebijakan pengurangan natrium wajib hanya melindungi tiga persen populasi dunia. Sementara itu, 73 persen dari 194 negara anggota WHO tidak memiliki implementasi penuh dari kebijakan tersebut.

"Laporan ini menunjukkan bahwa sebagian besar negara belum mengadopsi kebijakan wajib pengurangan natrium, sehingga membuat warga mereka berisiko terkena serangan jantung, strok, dan masalah kesehatan lainnya," tutur Tedros.

Asupan garam rata-rata global diperkirakan 10,8 gram setiap hari. Ini setara dengan lebih dari dua kali lipat rekomendasi WHO, yaitu kurang dari lima gram garam per hari atau satu sendok teh.

Laporan itu mengatakan bahwa mengonsumsi terlalu banyak garam dapat menjadi faktor risiko utama untuk diet dan kematian terkait gizi. Lebih banyak bukti muncul yang mendokumentasikan hubungan antara asupan natrium yang tinggi dan peningkatan risiko kondisi kesehatan lainnya seperti kanker lambung, obesitas, osteoporosis, dan penyakit ginjal.

Menerapkan kebijakan pengurangan natrium yang sangat hemat biaya dapat menyelamatkan sekitar tujuh juta nyawa secara global pada tahun 2030, kata laporan WHO. Kebijakan tersebut dapat mempermudah jalan pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu penurunan angka kematian akibat penyakit tidak menular.

Namun, saat ini, baru sembilan negara yang memiliki paket kebijakan komprehensif yang direkomendasikan untuk mengurangi asupan natrium. Mereka adalah Brasil, Chile, Republik Ceska, Lithuania, Malaysia, Meksiko, Arab Saudi, Spanyol, dan Uruguay.

"WHO menyerukan kepada semua negara untuk menerapkan 'Best Buys' untuk pengurangan natrium, dan kepada produsen untuk menerapkan tolok ukur WHO untuk kandungan natrium dalam makanan," kata Tedros dalam sebuah pernyataan.

sumber : Antara/Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement