REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr dr Semiramis Zizlavsky mengatakan, bahwa waktu terbaik untuk memasang implan koklea tergantung dari permasalahan pendengaran yang dialami pasien.
"Kita lihat dulu permasalahannya, apakah tuli sejak lahir atau dia sebelumnya sudah bisa ngomong dan saat dewasa baru (pendengarannya) hilang," kata dokter yang akrab disapa Mira itu dalam diskusi daring, Rabu (8/3/2023).
Implan koklea merupakan prosedur penanaman alat bantu dengar melalui tindakan operasi. Berbeda dengan alat bantu dengar konvensional yang berfungsi untuk mengeraskan suara, implan koklea berfungsi menggantikan fungsi koklea atau rumah siput untuk mengubah suara menjadi energi listrik yang kemudian distimulasikan ke saraf pendengaran.
Menurut Mira, jika pasien tuli sejak lahir maka implan koklea sebaiknya dipasang sesegera mungkin sebelum anak berusia dua tahun. "Kalau sejak lahir, kami maunya secepat mungkin. Paling bagus di bawah dua tahun, bahkan kami pernah lakukan ke pasien paling muda itu 11 bulan," jelas Mira.
Dia menyebut, implan koklea yang dilakukan sesegera mungkin pada anak akan memberikan manfaat yang baik dalam pendengaran hingga perkembangan bicara anak. "Kalau sudah tujuh tahun misalnya, hasilnya tentu tidak sebagus kalau ditangani sejak masih kecil, kecuali kalau sejak awal itu dibantu alat bantu dengar sehingga dia sudah punya modal (pendengaran)," katanya.
Dkter spesialis THT, dr Harim Priyono, menganjurkan apabila pasien pernah memiliki fungsi pendengaran yang normal lalu tiba-tiba kehilangan fungsi tersebut alias tuli mendadak, maka sebaiknya melakukan implan koklea enam bulan setelah dideteksi tuli. "Tuli mendadak dianjurkan enam bulan setelah dideteksi. Kalau setelah bertahun-tahun, tentu akan menjadi tantangan tersendiri (untuk keberhasilannya)," katanya.
Dr Harim menjelaskan, keberhasilan fungsi pendengaran setelah memasang implan koklea disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor modal atau residual hearing, yakni besaran suara yang bisa didengarkan oleh pasien. Semakin baik modalnya, maka hasil implan koklea pun semakin baik.
Kedua, durasi atau lamanya mengalami ketulian total. Semakin lama pasien mengalami ketulian total, maka semakin sulit untuk mengembalikan fungsi pendengarannya seperti semula.
"Saya pernah punya pasien mengalami ketulian total sekitar tiga tahun. Ketika dipasang, dia seperti belajar dari awal lagi untuk mengenali kata-kata yang dia dengar. Tapi kalau tuli mendadak hari ini, kemudian dua hingga tiga bulan lakukan implantasi koklea, dia bisa langsung berinteraksi dua arah," ujar Harim.