Selasa 07 Mar 2023 12:15 WIB

Konsumsi Plasenta Bayi Kembali Ngetren, Apa Bahayanya?

Para ibu di AS meminum plasentanya dalam bentuk kapsul setelah bayinya lahir.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Perawat menggendong bayi yang baru lahir (ilustrasi). Di Amerika Serikat, tren mengonsumsi dan mengawetkan plasenta kembali marak.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Perawat menggendong bayi yang baru lahir (ilustrasi). Di Amerika Serikat, tren mengonsumsi dan mengawetkan plasenta kembali marak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengonsumsi dan "mengawetkan" plasenta merupakan hal yang sudah pernah dilakukan banyak orang pada beberapa tahun silam. Namun, kali ini Center for Disease and Control of Prevention (CDC) angkat bicara dengan tegas terkait kebiasaan yang kembali ngetren ini.

Seorang ibu dari Los Angeles, Amerika Serikat, Megan Kilpatrick (32 tahun), termasuk salah satu yang berencana mengikuti tren tersebut. Dia ingin memasukkan ari-ari bayinya ke dalam kapsul. 

Baca Juga

Proses enkapsulasi dimulai dari mengukus, mengeringkan, dan menghaluskan ari-ari, lalu memasukkannya ke dalam kapsul. Kapsul isi bubuk plasenta akan dikonsumsi oleh Kilpatrick pascapersalinan.

Dilansir Today, Senin (6/3/2023), Kilpatrick mengaku banyak belajar setelah memutuskan mengkapsulkan plasentanya. Dengan begitu, ia bisa membuat sebuah kenang-kenangan dari plasentanya.

"Memiliki aksesori dari ari-ari yang berlapis emas adalah bonus," kata dia.

Sementara itu, seorang ibu asal Texas, Amerika Serikat, Carmen Calvo (43), sudah mulai membuat kenang-kenangan dari plasenta sebagai bagian dari paket enkapsulasi plasenta untuk orang tua baru sejak 2011. Ternyata, kenang-kenangan dari ari-ari bayi ini menjadi viral lagi di platform media sosial seperti TikTok.

Tapi, CDC memperingatkan bahaya kesehatan bagi ibu dan bayi jika para ibu meminum plasentanya. Konsumsi ari-ari ini kembali menjadi populer karena promosi dari selebritas seperti Kim dan Khloe Kardashian, serta Holly Madison, dan January Jones.

"Ada bukti potensial untuk risiko bahaya karena pemanasan yang tidak memadai, dan persiapan kapsul plasenta yang mungkin tidak cukup baik untuk memberantas infeksi bakteri dan virus yang ditularkan ke bayi baru lahir," kata asisten profesor di University of Alberta, Kanada, Dr Stephanie Liu.

Sementara itu dokter spesialis kebidanan dan kandungan Christine Noa Sterling mengatakan praktik "mengawetkan" plasenta ini aman. "Begitu bayi lahir dan plasenta dikeluarkan, tidak ada dampaknya pada ibu atau bayi andaikan seutas tali pusar itu diambil untuk dibuat kenang-kenangan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement