REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K) mengatakan polusi udara berkontribusi terhadap sekitar 11,65 persen kematian secara global. Ini merupakan salah satu faktor risiko beban penyakit.
"Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan dan lingkungan yang paling besar di dunia," kata Prof Agus dalam keterangannya, Senin (13/2/2023).
Prof Agus menyebut polusi udara tidak hanya mengambil tahun kehidupan seseorang, tetapi juga turut berdampak pada kualitas kehidupan seseorang saat masih hidup Direktur Utama RS
Persahabatan itu menyebut bahwa di balik berbagai kemudahan atas kemajuan teknologi serta peningkatan aktivitas industri dan transportasi membawa ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Prof Agus menjelaskan beberapa penyakit yang diakibatkan oleh polusi udara di antaranya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan tuberkulosis (TB). Asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker paru, dan fibrosis paru juga meningkat akibat polusi udara.
"Akibat pajanan polusi udara, rata-rata individu di Indonesia mengalami kehilangan 1,2 tahun usia harapan hidup dikarenakan kualitas udara di Indonesia gagal memenuhi kriteria konsentrasi PM2,5 yang ditetapkan oleh WHO," kata Prof Agus.
Penduduk di kota besar seperti Jakarta dapat kehilangan sekitar 2,3 tahun usia harapan hidup apabila terpajan dengan level polusi udara yang sama secara terus-menerus. Sebagai sistem yang berinteraksi langsung dengan udara dari luar ruangan, sistem respirasi sangat rentan terhadap polusi yang terkandung dalam udara.
Polutan dapat mengiritasi saluran napas, memicu inflamasi, dan stres oksidatif di saluran pernapasan. Dampak polusi udara terhadap kesehatan respirasi dapat berupa terasa secara akut maupun kronis.