Senin 13 Feb 2023 03:02 WIB

Healing dengan Menulis, Bagaimana Caranya?

Menulis cerita bisa menjadi katarsis untuk menumpahkan 'sampah-sampah' emosi.

Jalan
Jalan "menulis cerita" sebagai katarsis untuk menumpahkan sampah-sampah emosi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BONDOWOSO---Kehidupan ini hakikatnya adalah arena memperjalankan jiwa menuju kualitas terbaik sebagai sebaik-baik penciptaan. Karenanya tidak ada sama sekali manusia yang terlepas dari masalah. Masalah adalah tugas sekaligus peran yang harus manusia terima dan jalani.

Banyak jalan bagi manusia untuk menyelesaikan masalah, termasuk jalan terakhir yang bukan menjadi kehendak Ilahi dengan memilih pintu frustasi, bahkan mengakhiri paksa kehidupan. Tentu ini bukan jalan baik karena berangkat dari motif mengingkari kehendak Tuhan untuk apa kita dihadirkan ke dalam ruang waktu semesta ini.

Baca Juga

Apa yang dipilih oleh sejumlah perempuan dan beberapa di antaranya juga kaum lelaki dalam Komunitas Putih (KuPu) ini bisa menjadi model bagaimana kita berselancar dengan indah dalam lautan masalah.

KuPu adalah komunitas yang diinisiasi oleh aktivitas perempuan yang juga penulis, Naning Pranoto, ini memilih jalan "menulis cerita" sebagai katarsis untuk menumpahkan sampah-sampah emosi yang menumpuk dari residu masalah.

Mengutip pernyataan dr Handrawan Nadesul, seorang dokter yang juga penulis, Naning menyadari di balik kemajuan peradaban ini juga membawa manusia pada penderitaan. Karena itulah ia mewadahi derita-derita manusia moderen itu dalam "bak sampah" imajinatif, yakni menulis.

Bukan hanya menampung sampah-sampah batin, lewat komunitasnya Naning juga ingin membasuh bersama bekas luka itu agar menjadi indah dan pemilik batin itu menjadi manusia-manusia bahagia serta mampu mengaktualkan potensi terbaiknya di alam semesta.

Sementara Dr Lies Rahayu Wijayanti, ahli kehutanan yang sebelum purnatugas berkarier di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) penggawang komunitas itu mengatakan bahwa pihaknya ingin mengasah keterampilan anggotanya yang kemudian juga mampu membangun karakter baik.

"Ini memang sangat pas jika kami terapkan kepada generasi muda. Karenanya saya saat ini intensif melakukan pendekatan kepada anak-anak muda untuk menularkan 'virus' menulis ini," katanya.

Komunitas ini sudah menelurkan setidaknya dua buku kumpulan cerita yang sejak awal memang diikhtiarkan untuk menjadi pelarut dendam dalam fasilitasi ego bagi seseorang yang merasa mengalami pahitnya kehidupan.

Buku pertama berjudul "17 Therapist Writing Tips for Happiness" dan kali ini dipilih judul pendek "Cerita Pembasuh Jiwa".

Buku ini berisi kisah 21 penulis yang awalnya menganggap masalah sebagai beban hingga akhirnya mereka mampu merasakan bahwa semuanya ada hikmah dan pesan indah yang ingin disampaikan Tuhan pada jiwa seseorang. Ketika kesadaran itu muncul lewat saluran menulis, maka jiwa yang sebelumnya penuh sesak dengan masalah tiba-tiba menjelma menjadi "segara kehidupan" yang mampu menampung apapun yang terhanyut ke dalamnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement