REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Muhammad Faizi SpA(K) menyarankan anak-anak dengan diabetes, khususnya tipe 1, idealnya menjalani pemeriksaan gula darah tujuh kali atau hingga 10 kali dalam sehari.
"Idealnya, sebelum makan utama. Jadi kalau tiga kali makan utama berarti enam kali, lalu sebelum tidur. Jadi wajib tujuh kali idealnya," ujar dia dalam media briefing yang digelar virtual, Rabu (1/2/2023).
Faizi kemudian merujuk data, bahwa baru sekitar 20 persen anak-anak dengan diabetes yang diperiksa glukosa darahnya secara rutin di atas tiga kali. Dia mencatat, ada sejumlah kendala termasuk alat-alat yang harus dibeli sendiri seperti glukometer, jarum, dan strip gula darah.
"Ada yang irit, dipakai dua hingga tiga kali kalau lebih dari itu sudah sakit. Kalau sekali tidak sakit, kalau sudah dua tiga kali (tes) pasti lebih nyeri dan itu akhirnya menjadi hambatan untuk anak-anak melakukan pemeriksaan yang sering selain faktor biaya," ujar Faizi.
Pemeriksaan gula darah rutin menjadi salah satu dari lima pilar dalam tatalaksana diabetes tipe 1 pada anak. Empat pilar lainnya yakni pemberian insulin, pengaturan pola makan, aktivitas fisik dan pendidikan berkelanjutan.
Anak-anak harus diberi insulin lebih dari sekali, tetapi pada beberapa waktu lain yakni saat akan makan dan menjelang tidur sehingga total dia mendapatkan minimal empat kali suntikan dalam sehari.
"Kalau dia makan bolak-balik ya harus disuntik lagi," kata Faizi.
Sementara itu, pada pengaturan pola makan biasanya terkait hidangan yang boleh dan tidak boleh disantap anak serta mengurangi makanan tertentu. Di sisi lain, ada juga aktivitas fisik dan pendidikan berkelanjutan bagi pasien dan keluarga, guna mendapat kendali metabolik yang baik, mencegah komplikasi akut dan jangka panjang, perbaikan kondisi psikologis baik pasien maupun keluarga.
Para penyandang diabetes tipe 1 tidak memiliki sel beta pankreas yang berperan penting untuk mengendalikan gula darah. Normalnya, usai seseorang makan lalu gula darahnya naik, maka sel beta pankreas memproses sehingga mengeluarkan insulin sesuai jumlah kalori yang ada agar gula darah stabil.
"Mereka dengan diabetes tipe 1, tidak punya sel beta pankreas. Sel ini rusak padahal penting untuk pengendalian gula darah. Gula darah normal dikendalikan antara 70 hingga 126 mg/dL" demikian kata Faizi.
Seperti diberitakan sebelumnya, diabetes tidak hanya menghantui orang dewasa namun juga mengintai anak-anak. Menurut Data WHO pada 2022, frekuensi diabetes meningkat di seluruh dunia.
Penelitian menunjukkan, anak-anak berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso SpA (K), mengatakan, seiring waktu, diabetes dapat merusak jantung, pembuluh darah mata, ginjal, dan saraf; serta menyebabkan masalah kronis dan kematian dini.