REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa sekarang, hampir tidak mungkin beraktivitas tanpa memanfaatkan teknologi. Anak-anak maupun orang dewasa menghabiskan sejumlah waktu dalam sehari dengan mengakses teknologi, baik untuk bekerja, sekolah, bermain, atau interaksi sosial.
Apabila digunakan secukupnya, akses teknologi tidak akan mengimbas hidup atau mengganggu dinamika keluarga. Faktanya, teknologi memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan akses informasi dan menghubungkan dengan orang lain. Bahkan, teknologi untuk hiburan seperti bermain gim video punya manfaat positif.
"Penelitian telah menunjukkan efek positif dari gim video seperti peningkatan kemampuan visuospasial, perhatian, dan waktu reaksi. Gim video menyenangkan dan dapat memberikan kesenangan dan meningkatkan suasana hati saat bermain," ujar psikolog klinis di Rumah Sakit Anak Advokat di Oak Lawn, Gabrielle Roberts.
Roberts berpendapat, bukan teknologi itu sendiri yang menjadi masalah, tetapi bagaimana individu menggunakannya. Misalnya, bermain gim video dapat berdampak negatif pada anak-anak ketika waktu bermain yang berlebihan mencegah mereka mengembangkan keterampilan lain.
Akses berlebihan gim video bisa menggantikan aktivitas fisik, mengurangi waktu menikmati udara segar, kurang bersosialisasi secara langsung, atau mengganggu jam tidur. Teknologi apa saja juga menjadi masalah ketika menggantikan interaksi keluarga.
Tantangannya adalah memoderasi penggunaan teknologi dalam bentuk apa pun, alias mengakses teknologi seperlunya. Meskipun, Roberts mengatakan teknologi memang secara khusus dirancang agar sulit untuk ditinggalkan dan dihentikan.
Hal itu bisa menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Bagi para orang tua, agaknya perlu mencermati sejumlah gejala dan perilaku pada anak yang berpotensi menjadi tanda kecanduan teknologi. Jika sudah mengarah pada kecanduan, buat lebih banyak batasan terkait penggunaan teknologi.
Roberts menyebutkan tanda pertama adalah jika mematikan perangkat atau membatasi pemakaian gawai sering menyebabkan anak berperilaku tidak sopan atau menunjukkan agresi. Tanda lain yakni apabila penggunaan teknologi sangat mengganggu partisipasi atau minat anak dalam aktivitas lain.
Gejala lain yaitu jika penggunaan teknologi menguras banyak waktu dan membuat anak enggan melakukan kontak langsung dengan teman sebaya dan bersosialisasi di luar rumah. Bisa juga saat anak menjadi kurang aktif secara fisik karena penggunaan teknologi.
Hal berikutnya yang patut dicermati yakni ketika anak mengalami masalah emosional terkait penggunaan teknologi. Roberts menyarankan orang tua atau pengasuh untuk menetapkan batasan dan aturan seputar teknologi, jauh sebelum penggunaannya menjadi bermasalah.
Tentunya, orang dewasa harus memberi contoh dengan memantau waktu layarnya sendiri. "Saya mendorong orang tua untuk proaktif dalam membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak mereka dengan teknologi dan mempromosikan keseimbangan aktivitas yang sehat," kata Roberts.
Mulailah berbicara dari hati ke hati dengan anak untuk memastikan bahwa aturan dan ekspektasi seputar teknologi dipahami dengan jelas. Ketika orang tua ikut menerapkan batasan secara konsisten, itu akan membantu anak-anak mematuhi aturan.
Anak-anak bisa dilatih untuk secara mandiri memantau ketika waktu mengakses teknologi sudah habis. Seperti aktivitas keluarga lainnya, penggunaan teknologi perlu melibatkan tanggung jawab semua pihak, baik dari orang tua maupun anak. "Anak-anak harus bertanggung jawab untuk mematuhi batasan yang ditetapkan, dan orang tua perlu menetapkan batasan yang sehat," kata Roberts, dikutip dari laman Ahc Health Enews, Kamis (12/1/2023).