REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JK Rowling mengantongi pendapatan dalam jumlah bombastis di tengah berbagai pernyataan kontroversialnya. Penulis seri novel Harry Potter itu dilaporkan mendapat pembayaran 18 juta poundsterling (sekitar Rp 338,53 miliar) dari perusahaan penerbitannya, Pottermore, tahun lalu.
Pottermore, perusahaan penerbitan digital milik Rowling, juga memperoleh laba sebelum pajak sebesar 5,7 juta poundsterling (sekitar Rp 107,21 miliar). Omzetnya sebesar 37,8 juta poundsterling (sekitar Rp 711 miliar) pada tahun keuangan hingga Maret 2022.
Kekayaan Rowling saat ini diprediksi mencapai 835 juta (setara dengan Rp 15,7 triliun). Agaknya, hiruk-pikuk di media sosial dan berbagai komentar miring atas berbagai pandangan pribadi Rowling tidak mengimbas pada minat terhadap karya-karyanya.
Perempuan 57 tahun itu pernah menyatakan bahwa dia tidak takut dengan "cancel culture". Budaya pembatalan adalah semacam boikot massal di mana seseorang dikeluarkan dari lingkaran sosial atau profesional, baik secara daring di media sosial, di dunia nyata, atau keduanya.
Menurut Rowling, upaya pembatalan terhadap pandangannya malah menyebabkan peningkatan penjualan bukunya. "Satu-satunya saat saya merujuk pada pemboikotan, penjualan buku saya naik. Saya tidak menganggap diri saya diboikot," ucapnya.
Salah satu pandangan Rowling yang kontroversial yakni saat dia menuduh menteri Skotlandia Nicola Sturgeon sebagai perusak hak-hak perempuan. Pasalnya, Sturgeon mendukung RUU Reformasi Pengakuan Gender, yang disahkan oleh Parlemen Skotlandia pada Desember 2022. Regulasi itu memungkinkan warga Skotlandia mengidentifikasi sendiri jenis kelamin mereka secara legal.