Selasa 03 Jan 2023 20:22 WIB

Bayi Bisa Menilai Orang Dewasa yang Dapat Dipercaya

Bayi tidak tahu sebelumnya hubungan mana yang dekat dan mengikat secara moral.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Lida Puspaningtyas
Infografis Atasi Ruam Popok Bayi dengan Teknik ABCDE
Foto: Republika
Infografis Atasi Ruam Popok Bayi dengan Teknik ABCDE

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belajar menavigasi hubungan sosial adalah keterampilan yang sangat penting dan dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Hal serupa juga dipelajari bayi sejak usia dini, dimulai dari menilai orang dewasa yang dapat diandalkan dan dipercaya.

Sebuah studi baru yang digagas ilmuwan saraf dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) berusaha mengidentifikasi sinyal spesifik dari tindakan itu. Penelitian mengungkap cara yang digunakan bayi untuk menentukan relasi antara dirinya dengan orang lain, juga hubungan antara dua orang atau lebih.

Baca Juga

Hasilnya, bayi cenderung percaya pada orang yang melakukan aktivitas melibatkan pertukaran air liur. Temuan menunjukkan bahwa bayi menggunakan petunjuk ini untuk mencoba mencari tahu siapa di sekitar mereka yang paling mungkin bisa diandalkan serta menawarkan bantuan ketika mereka sedang kesulitan.

"Bayi tidak tahu sebelumnya hubungan mana yang dekat dan mengikat secara moral, jadi mereka harus memiliki cara untuk mempelajarinya dengan melihat apa yang terjadi di sekitar mereka," kata penulis utama dalam studi, Rebecca Saxe.

Profesor dalam bidang studi tentang otak di MIT tersebut menjelaskan, aktivitas berbagi air liur bisa berupa berbagi makanan, mencium, atau lainnya. Untuk mendapat hasil tersebut, tim peneliti mengamati dua kelompok usia bayi (16,5 hingga 18,5 bulan serta 8,5 hingga 10 bulan).

Para bayi itu menyaksikan interaksi antara aktor manusia dan boneka. Pada rangkaian percobaan pertama, sebuah boneka berbagi jeruk dengan satu aktor, lalu melempar bola bolak-balik dengan aktor yang berbeda. Setelahnya, boneka ditunjukkan sedang mengalami menunjukkan kesusahan saat duduk di antara kedua aktor tersebut. Bayi cenderung melihat ke arah aktor yang berbagi makanan dengan boneka, bukan orang yang berbagi mainan, saat boneka itu dalam kesulitan, seperti berharap aktor berbagi makanan yang akan membantu.

Dalam serangkaian percobaan kedua, yang dirancang untuk lebih fokus pada air liur, aktor meletakkan jari di mulutnya dan kemudian ke dalam mulut boneka, atau meletakkan jarinya di dahinya dan kemudian ke dahi boneka itu. Ketika sang aktor mengungkapkan kesedihan saat berdiri di antara dua boneka, anak-anak yang menonton video lebih cenderung melihat ke arah boneka yang berbagi air liur dengannya.

Temuan menunjukkan bahwa berbagi air liur kemungkinan merupakan isyarat utama yang membantu bayi untuk belajar tentang hubungan sosial. Ini penting untuk bayi manusia, yang bergantung pada orang dewasa lebih lama daripada banyak spesies lainnya.

Para peneliti berharap bisa melakukan studi lanjutan dengan bayi dalam budaya yang memiliki jenis struktur keluarga berbeda. Pada subjek dewasa, tim berencana menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk mempelajari bagian otak yang terlibat dalam membuat penilaian berbasis air liur tentang hubungan sosial, dikutip dari laman //Big Think//, Selasa (3/1/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement