Senin 02 Jan 2023 15:30 WIB

Skrining Anemia Anak Bisa Dilakukan Sejak Usia 9 Bulan

Anemia bisa berdampak buruk bagi tubuh terutama bila dibiarkan dalam waktu lama.

Skrining anemia bisa dilakukan sejak anak berusia 9 bulan. (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Skrining anemia bisa dilakukan sejak anak berusia 9 bulan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengutip pernyataan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, dokter spesialis penyakit dalam dr Dias Septalia Ismaniar, mengatakan skrining untuk mendeteksi anemia defisiensi besi dapat dimulai sejak seseorang berusia sembilan hingga 12 bulan.

"Kemudian enam bulan setelahnya dan setiap tahun dari usia dua tahun sampai lima tahun yang berisiko tinggi terjadinya anemia defisiensi besi," ujarnya yang berpraktik di RS Pondok Indah-Pondok Indah itu melalui pesan elektroniknya, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Dias mengatakan, pada dewasa, skrining dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap, terutama ketika seseorang dinyatakan hamil. Saat hamil, dia harus mulai rutin memeriksakan darahnya karena anemia pada ibu hamil cukup sering ditemukan.

Skrining berikutnya yaitu ketika seseorang mulai sering merasakan keluhan seperti mudah lelah, mudah ngos-ngosan, pusing, pandangan sering berkunang-kunang, wajah terlihat lebih pucat, mata menguning, sering berdebar, mengalami sesak napas dan nyeri dada. Selain itu, mereka yang terdiagnosa penyakit tertentu misal penyakit ginjal kronik, penyakit liver kronik, adanya perdarahan aktif misalnya karena wasir terutama yang sering mengalami buang air besar berdarah, haid lama, dan berkepanjangan dengan volume darah sangat banyak.

Skrining juga sebaiknya dilakukan oleh mereka yang malnutrisi, sulit makan, dan infeksi kronik seperti TBC dan autoimun. Mereka yang mengonsumsi obat-obatan dalam jangka lama seperti salah satu obat HIV, rhematoid arthritis, dan pasien kanker dalam kemoterapi juga sebaiknya melakukan skrining.

Dias mengingatkan, anemia dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh terutama bila dibiarkan dalam jangka waktu lama. Komplikasi yang dapat terjadi misalnya penyakit jantung anemik, risiko infeksi, komplikasi kehamilan, kelelahan yang ekstrem dan lain-lain.

Untuk mencegahnya, tubuh perlu mendapatkan asupan zat besi yang cukup. Menurut Dias, pemenuhan zat besi harian sebenarnya dapat tercukupi dari makanan sehari-hari seperti misalnya daging merah, hati, ayam, ikan-ikan laut dalam seperti salmon, tuna, kemudian kerang, telur, kacang-kacangan, bayam, brokoli, biji-bijian, dan lain-lain.

"Pastikan asupan gizi Anda seimbang. Jangan sembarangan mengonsumsi tablet penambah darah tanpa melakukan pengecekan darah terlebih dulu. Jadi, pastikan Anda benar mengalami defisiensi zat besi. Kemudian, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui dosisnya, lama penggunaan dan evaluasi kembali setelahnya," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement