Rabu 23 Nov 2022 16:58 WIB

Berhenti Merokok Jadi Langkah Jitu Tekan Risiko Kanker, Jangan Percaya Mitos-mitosnya

Setidaknya ada lima mitos terkait upaya berhenti merokok.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Selain menjalani terapi, tekad yang kuat dibutuhkan untuk bisa berhenti merokok.
Foto: Prayogi/Republika
Selain menjalani terapi, tekad yang kuat dibutuhkan untuk bisa berhenti merokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Cancer Research Fund mengungkapkan bahwa faktor gaya hidup bertanggung jawab atas sekitar 155 ribu kasus kanker per tahun. Salah satu modifikasi gaya hidup yang dapat membantu menekan risiko kanker adalah berhenti merokok.

Organisasi tersebut mengatakan penerapan pola makan yang sehat, bergerak aktif, menjaga berat badan yang normal, dan berhenti merokok bisa mencegah sekitar 40 persen kasus kanker. Hal serupa juga diungkapkan oleh Cancer Research UK yang kerap mempromosikan "berhenti merokok".

Baca Juga

Menurut Cancer Research UK, berhenti merokok dapat memangkas kasus kematian akibat kanker. Sebuah studi yang baru dipublikasi pada pekan lalu dalam jurnal PLOS juga mengindikasikan bahwa berhenti merokok bisa mengurangi angka kematian kanker di Inggris dari 27.200 menjadi 16.500.

"Merokok dapat membuat orang-orang berisiko lebih tinggi terhadap beberapa kanker termasuk (kanker) mulut, tenggorokan, dan kandung kemih," jelas associate clinical director di Bupa Health Clinics, Dr Naveen Puri, seperti dilansir Independent, Rabu (23/11/2022).

Terkait berhenti merokok, Dr Puri mengatakan ada lima mitos yang sebaiknya tak dipercaya. Berikut ini adalah kelima mitos tersebut.

Mitos 1: Terlambat berhenti

Sebagian orang sudah memiliki kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. Hal ini membuat mereka mungkin merasa sudah terlambat untuk berhenti merokok. Padahal, meski tidak mudah, tak ada kata terlambat untuk melepaskan diri dari kebiasaan buruk tersebut.

Mitos 2: Niat yang utama

Memiliki niat dari dalam diri untuk berhenti merokok memang sangat baik dalam membantu proses berhenti merokok. Akan tetapi, Dr Puri mengatakan ada beragam obat yang bisa membantu pasien untuk meninggalkan kebiasaan merokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement