Sabtu 05 Nov 2022 07:44 WIB

Jaga Kesehatan Mulut Bisa Kurangi Risiko Demensia, Kok Bisa? Ini Penjelasan Dokter

Ternyata, ada kaitan antara kesehatan mulut dengan risiko terkena demensia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Ternyata, ada kaitan antara kesehatan mulut dengan risiko terkena demensia.
Foto: www.freepik.com
Ternyata, ada kaitan antara kesehatan mulut dengan risiko terkena demensia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski tak bisa disembuhkan, risiko demensia bisa ditekan dengan beberapa upaya. Sayangnya, salah satu upaya yang efektif dalam menurunkan risiko demensia justru kerap terabaikan. Upaya tersebut adalah melakukan flossing.

Sekilas, demensia dan kebiasaan flossing mungkin tampak sebagai dua hal yang tak saling berhubungan. Padahal, kebiasaan flossing atau membersihkan sela gigi dengan benang gigi bisa membantu menekan risiko demensia secara signifikan.

Baca Juga

Seperti diketahui, beragam studi telah membuktikan bahwa kebersihan gigi dan mulut bisa mempengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kesehatan otak. Selain itu, bakteri yang menyebabkan penyakit gusi juga berkaitan dengan perkembangan penyakit Alzheimer.

Sebagian besar orang mungkin sudah menjaga kebersihan gigi dan mulut mereka dengan menyikat gigi. Akan tetapi, menyikat gigi saja sebenarnya tidak cukup. Ada area-area sempit di sela-sela gigi yang sulit terjangkau oleh bulu sikat gigi.

Bila sisa makan di sela-sela gigi tersebut tidak dibersihkan, lambat laun akan terbentuk plak. Penumpukan plak merupakan penyebab tersering dari terjadinya gingivitis atau radang gusi. Menurut Prime Health Denver, gingivitis bisa menjadi faktor penyebab dari terjadinya penyakit Alzheimer.

"Dengan menjaga kesehatan mulut secara tepat dan memastikan penyakit gusi tetap terkendali, itu bisa mencegah plak untuk tidak mencapai otak," ungkap dokter bedah gigi Mahnaz Rashti DDS, seperti dilansir BestLife, Sabtu (5/11/2022).

Selain menekan risiko demensia, kebiasaan sikat gigi dan flossing setiap hari juga dapat membawa banyak manfaat lain. Sebagian di antaranya adalah mencegah terjadinya kerusakan gigi, gigi berlubang, dan gigi sensitif.

"(Orang yang biasa menyikat gigi dan flossing) memiliki tingkat peradangan gusi yang lebih rendah," jelas WebMD.

Meski sangat bermanfaat, kebiasaan flossing masih cukup sering diabaikan oleh banyak orang. Di Amerika Serikat misalnya, studi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa sekitar 32 persen warga AS tak pernah flossing. Selain itu, lebih dari 37 persen warga AS hanya melakukan flossing kurang dari satu kali per hari. Sekitar 45 persen lansia berusia 75 tahun ke atas juga mengungkapkan bahwa mereka tak pernah melakukan flossing.

Menurut American Dental Association (ADA), flossing sebaiknya dilakukan satu kali per hari. Selain itu, ADA juga merekomendasikan sikat gigi dua kali per hari dengan pasta gigi berfluoride, di pagi hari setelah makan dan di malam hari sebelum tidur.

 

Mengenal Demensia

Demensia merupakan sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan signifikan pada fungsi kognitif, seperti daya ingat hingga kemampuan berbahasa. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa ada lebih dari 55 juta orang di dunia yang hidup dengan demensia. Diperkirakan ada penambahan hampir 10 juta kasus demensia baru setiap tahun.

Demensia bisa terjadi akibat beragam penyakit dan cedera yang mempengaruhi otak. Sekitar 60-70 persen kasus demensia adalah penyakit Alzheimer.

WHO mengungkapkan bahwa demensia menempati urutan ketujuh sebagai penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Demensia juga merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya disabilitas dan ketergantungan pada lansia di berbagai penjuru negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement