REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata seseorang dapat mengungkapkan banyak kondisi kesehatan yang memengaruhi area lain dari tubuhnya. Salah satunya, menurut Cleveland Clinic, nistagmus dapat dikaitkan dengan strok.
Nistagmus adalah suatu kondisi di mana mata membuat gerakan yang cepat, berulang, dan tidak terkendali. Mata bisa bergerak naik dan turun (nistagmus vertikal), sisi ke sisi (nistagmus horizontal), atau dalam lingkaran (nistagmus putar).
"Gerakan mata ini dapat menyebabkan masalah dengan penglihatan, persepsi kedalaman, keseimbangan, dan koordinasi Anda," ujar Cleveland Clinic, seperti dilansir dari laman Express, Rabu (26/12/2022).
Nistagmus memengaruhi sekitar satu dari 1.000 orang. Ada dua jenis nistagmus, yaitu kondisi bawaan dan didapat.
Bawaan berarti orang dilahirkan dengan itu dan biasanya memengaruhi kedua mata. Sedangkan kondisi yang terjadi di kemudian hari sering disebabkan oleh masalah kesehatan atau obat-obatan yang mendasarinya.
Gejala utama nistagmus adalah gerakan mata yang tidak terkendali, penglihatan goyah atau kabur, masalah keseimbangan, pusing, sensitivitas cahaya, serta masalah penglihatan malam hari.
"Jika menderita nistagmus, Anda mungkin dapat memegang kepala dalam posisi miring atau berputar," ungkap Cleveland Clinic.
Cara ini dapat meningkatkan fokus dan membantu segala sesuatunya terlihat lebih jelas ketika Anda tidak dapat menatap dengan mantap. Lalu, apa sebetulnya yang menyebabkan nistagmus?
Menurut Cleveland Clinic, otak mengontrol gerakan mata Anda. Saat Anda menggerakkan kepala, mata akan bergerak otomatis untuk menyesuaikan.
"Ini menstabilkan gambar dan membantu Anda melihat dengan jelas. Pada individu dengan nistagmus, area otak yang mengontrol gerakan mata tidak berfungsi dengan baik," ujarnya.
Nistagmus bisa mengindikasikan masalah mata lain atau bisa dikaitkan dengan kondisi medis lain. Strok adalah salah satu kondisi yang terkait.
Penyebab lain dan faktor risiko nistagmus meliputi gangguan retina atau saraf optik, kontrol yang kurang berkembang atas gerakan mata, dan kondisi telinga bagian dalam, seperti penyakit Meniere. Selain itu, penyebab lainnya bisa karena trauma kepala, penyakit susunan saraf pusat, albinisme (kurangnya pigmentasi pada kulit), multipel sklerosis (MS) juga obat-obatan tertentu, seperti obat anti kejang.