Ahad 23 Oct 2022 16:00 WIB

Dokter Mata Ingatkan Orang Tua Soal Tingkat Gangguan Mata Anak di Indonesia

Punya mata minus yang tinggi rentan sekali mengalami penyakit mata.

ilustrasi pemeriksaan mata anak-anak
Foto: Antara
ilustrasi pemeriksaan mata anak-anak

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dokter Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO selaku Dokter Optometri dan Praktisi Vision Therapy di VIO Optical Clinic mengemukakan bahwa tingkat kebutaan di antara anak-anak di Indonesia sudah mencapai 4% atau setara dengan 1.l,4 juta orang. Jika diakumulasikan, kata dia, tingkat kebutaan di Indonesia adalah tiga juta orang atau 1,5% dari populasi. Ada 1 orang yang mengalami kebutaan setiap menitnya di negara ini.

“Tingkat kebutaan yang terbilang tinggi di Indonesia bisa disebabkan karena masyarakat kurang perhatian dengan masalah kesehatan mata yang mereka alami. Masyarakat perlu tahu bahwa banyak gangguan pada mata yang bisa menurunkan fungsi penglihatan bahkan sampai memicu kebutaan," kata Andri, Ahad (21/10/2022). 

Baca Juga

Masyarakat perlu mengetahui ada beberapa gangguan penglihatan yang bisa memicu kebutaan. Antara lain pertama, mata minus dan silinder yang tinggi . Gangguan refraksi mata minus dan silinder terjadi akibat bentuk kornea mata seseorang yang tidak beraturan sehingga penglihatan orang yang mengalaminya menjadi buram. 

Kondisi ini bisa terjadi karena faktor keturunan, kebiasaan buruk seperti membaca terlalu dekat, atau fenomena Myopia Booming akibat intensitas penggunaan gadget selama pandemi. Semakin tinggi ukuran mata minus atau silindernya maka risikonya semakin besar untuk mengalami penyakit Ablasi Retina yang bisa berujung kebutaan.

"Ablasi Retina, punya mata minus yang tinggi rentan sekali mengalami penyakit mata Ablasi Retina dimana retina mata seseorang bisa lepas dan memicu kebutaan secara permanen. Risikonya meningkat seiring bertambahnya usia, namun siapa sangka kondisi ini bisa menimpa orang yang masih muda," kata dia. 

Kemudian, Keratokonus. Penyakit mata satu ini bisa terjadi karena kondisi kornea yang semakin menipis dan memiliki bentuk seperti mengerucut. Keratokonus berpotensi menyebabkan kebutaan. Mengalami keratokonus menurunkan kualitas hidup seseorang, bahkan beberapa penelitian menunjukkan keratoconus banyak menyerang anak muda.

Keempat, kata dia, Katarak. Katarak merupakan penyakit yang ditandai dengan lensa mata yang menjadi keruh hingga membuat penglihatan nampak tidak jelas. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh penuaan, namun bisa juga dialami oleh anak-anak yang terlahir dengan katarak. Selain itu, katarak lebih berisiko tinggi akibat adanya cedera mata, peradangan, atau penyakit tertentu seperti diabetes. Penyakit katarak ini adalah faktor terbesar kebutaan yang terjadi di Indonesia

"Berikutnya, Glaukoma. Glaukoma adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya saraf mata dan tingginya tekanan bola mata seseorang. Seseorang yang mengalami glaukoma, lapan pandangnya menjadi sempit karena penyakit satu ini menyerang penglihatan tepi," kata dia. 

Lalu, Degenerasi makula. Selain katarak, penyakit mata Degenerasi Makula juga menjadi penyebab umum terjadinya kebutaan. Kondisi ini menyebabkan hilangnya pusat penglihatan seseorang. Degenerasi makula akan melemahkan fungsi penglihatan sehingga seseorang akan kesulitan untuk berjalan ataupun beraktivitas

"Ada pula Retinopati Diabetik. Jika kamu mengalami diabetes, besar risikonya untuk mengalami penyakit mata retinopati diabetik. Karena penyakit diabetes ini akan menyerang retina seseorang. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya kebutaan yang diakibatkan oleh pendarahan dan kerusakan yang terjadi pada retina," ujar dia. 

Kedelapab, Retinitis Pigmentosa. Setidaknya ada 1,6 juta orang di seluruh dunia mengalami penyakit mata satu ini dan menjadi salah satu penyebab kebutaan. Meskipun prosesnya berlangsung lambat namun berlangsung secara progresif pada keseluruhan penglihatan. 

"Kebanyakan orang mengalami retinitis pigmentosa adalah hasil dari faktor keturunan atau diwarisi dari orang tuanya. Kondisi ini mempengaruhi bagian perifer pada pertengahan retina, akan tetapi pusat penglihatan tidak terkena. Secara klinis, tanda yang akan muncul adalah terjadinya penyempitan arteriol retina," kata dia. 

“Penting sekali untuk selalu melakukan pemeriksaan mata secara rutin untuk bisa mendeteksi penyakit-penyakit yang bisa membahayakan mata. Karena dengan melakukan hal ini dapat mencegah terjadinya kebutaan. Masyarakat direkomendasikan untuk melakukan pengecekan pada spesialis mata atau ke klinik mata yang menyediakan layanan vision therapy," kata dr. Vega Casalita, Sp.M selaku spesialis mata di VIO Optical Clinic, Margonda-Depok, menambahkan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement