Sabtu 24 Sep 2022 01:30 WIB

Bidang Kesenian Belum Sepenuhnya Pulih dari Pandemi

Seni pertunjukan menjadi bidang yang paling terdampak pandemi.

Pemeran teater mementaskan Under The Volcano pada media preview di Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Pemeran teater mementaskan Under The Volcano pada media preview di Ciputra Artpreneur, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan mengatakan, bidang kesenian dan kebudayaan masih belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi COVID-19. Hal ini terutama bagi seni pertunjukan yang paling terdampak.

"Pulih sepenuhnya jelas belum. Di samping tidak adanya pertunjukan, dampak dari tidak adanya pertunjukan dampak ekonominya kan panjang, ya," kata Hikmat, melalui sambungan telepon, Jakarta, Jumat (23/9/2022).

Menurutnya, saat ini bidang kesenian baru terlihat harapan untuk pulih sepenuhnya. Walau dalam beberapa hal, kata Hikmat, kini para seniman sudah kembali membangun energi untuk bisa membuat pertunjukan di tengah landainya pandemi.

Baca Juga

"Seni pertunjukan produksinya menurun (selama pandemi), jelas. Sekarang menggeliat lagi, tapi masih struggle," ujarnya.

Di antara jenis kesenian, menurut Hikmat, seni pertunjukanyang paling terpukul akibat pandemi seperti teater, musik, dan tari yang pada dasarnya membutuhkan penonton untuk hadir secara langsung.

"Seni pertunjukan, dia yang langsung terasa. Bagaimana orang mempertunjukkan sesuatu tanpa penonton 'hidup', itu tantangan betul. Dan bagaimana senimannya bisa hidup kalau penghidupannya itu ditiadakan," katanya.

Ada dua alternatif untuk mengatasi situasi pandemi, kata Hikmat. Sebagian seniman ada yang memutuskan untuk mempertahankan sifat liveness dari pertunjukan sehingga memilih untuk tidak tampil dulu selama pandemi, serta sebagian lain menyiasatinya dengan alihwahana melalui medium kamera yang kemudian disiarkan melalui berbagai kanal daring seperti YouTube.

"Kalau pertunjukan kan penonton datang, membeli tiket, duduk di kursi, lampu padam, terjadi peristiwa keseniannya. Kalau di YouTube atau di medsos, bagaimana skema uangnya. Musik sama tari misalnya mengembangkan sistem seperti donasi atau kawan-kawan dari komite tari bersama sanggar-sanggar menginisiasi saweran online, tidak terlalu berhasil mungkin, tetapi ini alternatif menarik," katanya.

Kesenian lain seperti film pun juga terdampak saat pandemi. Hikmat mengatakan para kru menjadi yang paling terpukul di bidang produksi film, sementara para kreator sementara waktu bisa mundur untuk fokus ke pra-produksi dan post-produksi.

Walau menghadapi tantangan untuk bertahan, Hikmat mengatakan dunia kesenian juga melihat adanya peluang dari kemudahan platform internet yang dapat membantu keberlangsungan seni, seperti yang juga terjadi pada seni rupa dan sastra.

"Kita melihat ada struggle tapi juga ada peluang (dari adanya internet)," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement